China Tak Main-Main Soal Tempat Penyimpanan Vaksin COVID-19
ERA.id - Sebuah gudang dengan dinding warna abu-abu di Bandara Internasional Shenzhen, China, kini diisi oleh beberapa bilik putih dengan layar monitor yang menunjukkan temperatur di dalam bilik tersebut.
Petugas keamanan tampak menjaga area tersebut sambil menggunakan jubah kedokteran dan sarung tangan karet. Siapapun orang yang memasuki area gudang itu harus terlebih dahulu menjalani masa karantina selama dua pekan atau menggunakan pakaian protektif hazardous material (hazmat).
Seperti diberitakan di CNN, Rabu (2/12/2020), ruang-ruang dengan alat pengatur suhu, yang luasnya mencapai 350 meter kuadrat, itu kelak akan diisi produk-produk vaksin COVID-19 buatan China bila produk tersebut telah mendapat persetujuan dari otoritas kesehatan setempat.
Kemudian, vaksin itu akan dipindahkan ke kompartemen yang juga diberi pengatur suhu di dalam pesawat-pesawat jet yang akan mengantarkannya ke berbagai negara.
Dalam beberapa bulan ke depan, China akan mengirim ratusan juta dosis vaksin COVID-19 ke negara-negara tempat diadakannya fase 3 uji vaksin, termasuk Indonesia. Pemimpin China sendiri juga telah menjanjikan akses prioritas kepada negara berkembang jika vaksin buatan negara mereka terbukti sukses dalam uji klinis.
Menurut Yanzhong Huang, seorang peneliti kesehatan global di Council on Foreign Relations yang ada di Washington, AS, 'diplomasi vaksin' dari pemerintah China merupakan cara terkini pemerintahan Xi Jinping dalam mengembalikan citra China yang memburuk akibat salah dalam menangani wabah COVID-19.
Di awal pandemi lalu, upaya China untuk menarik simpati global dengan mendonasikan masker dan peralatan medis lain ke berbagai negara justru remuk redam menyusul sejumlah laporan bahwa masker sumbangan China berkualitas buruk. Beijing sendiri juga dituduh menjalankan kampanye disinformasi yang mempertanyakan kembali asal mula pandemi korona ini.
'Diplomasi vaksin' China disebut-sebut bisa jadi kesempatan China menarik simpati dunia. Sejumlah perusahaan China kini telah memiliki kandidat vaksin COVID-19 yang mencapai fase 3 uji klinis. Sinovac Biotech, misalnya, telah menandatangani komitmen untuk menyediakan 46 juta dosis vaksin COVID-19 ke Brazil, dan 50 juta dosis vaksin ke Turki.
Sinovac juga akan mengirim 40 juta dosis vaksin COVID-19 dalam bentuk bulk, atau konsentrat vaksin yang belum diwadahkan ke dalam ampul, ke Indonesia.
Selain itu ada perusahaan CanSino Biologics dan CNBG yang akan mengirim vaksin COVID-19 ke berbagai negara, umumnya di Timur Tengah dan Amerika Selatan.
"China tak hanya didukung secara politik (dalam hal diplomasi vaksin), namun, mereka punya kapasitas yang bagus dalam menjalankan hal tersebut," kata Huang.
China, yang notabene telah berhasil mengontrol persebaran virus COVID-19 di dalam negeri, tidak memiliki keterdesakan untuk mengimunisasi 1,4 miliar warganya dari COVID-19.
"Itu keuntungan tersendiri ketika mereka membuat perjanjian dengan negara-negara yang membutuhkan vaksin," kata Huang.