Heboh Pembangunan Jembatan Bambu di Ponorogo Rp200 Juta, Ini Penjelasan Pemda

ERA.id - Pembangunan jembatan yang menghubungkan desa di Kabupaten Ponorogo, disorot karena hanya terbuat dari bambu dan menghabiskan anggaran hingga Rp200 juta. Jembatan itu tepatnya berada di Desa Bulak dan Desa Pandak, Kecamatan Balong.

Jembatan seharga Rp200 juta dari bambu itu memang sempat viral di Facebook, belakangan, unggahan soal jembatan seharga Rp200 juta dari bambu itu dihapus si pengunggah.

Kades Bulak, Arini Musrifah lalu mengomentari jembatan seharga Rp200 juta dari bambu tersebut. Katanya, jembatan itu memang menghubungkan Desa Bulak dan Pandak. "Jadi karena jalan poros bukan kewenangan kita untuk membangun jalan tersebut. Itu kewenangan kabupaten," tutur Arini dikutip dari Detikcom, Kamis (17/12/2020) lalu.

Lalu mengapa jembatan dari bambu itu dihargai Rp200 juta? Kata Arini, anggaran itu difokuskan untuk membangun pondasi pada sisi kanan dan kiri jembatan. Sementara sesek bambu yang diletakkan di pondasi tersebut, merupakan buah dari gotong royong warga sebagai jembatan darurat.

"Nanti diprioritaskan tahun 2021 sekitar bulan 3 dan 4 untuk pembangunan (jembatan permanen)," jelas Arini.

Menurut Arini, masyarakat sempat meminta agar jembatan lebih tinggi, lebar dan panjang. Semula tingginya hanya 4 meter menjadi 7,5 meter. Lebar semula 3 meter menjadi 4,5 meter dan panjangnya menjadi 9 meter.

"Untuk sesek (bambu) itu dari warga desa sendiri. Warga Desa Bulak dan Pandak supaya nggak muter terlalu jauh. Kalau muter sekitar 2,5 kilometer," ujar Arini.

Sementara Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (DPUPR) Ponorogo, Jamus Kunto mengaku, awalnya ada usulan dari desa untuk memperbaiki jembatan. Usulan proyek tersebut ke Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapeda).

"Dari lurah ke Bapeda, nah saya diminta untuk menghitung, antara bentang 10 sampai 11 meter itu kebutuhan anggaran sekitar Rp500 sampai Rp600 juta, untuk lebar maksimal sekitar 3 meter," terang Jamus.

Karena anggaran yang tersedia cuma Rp200 juta, maka pihak desa menyetujui untuk dibangun pondasi terlebih dahulu. "Nanti tahun 2021 dilanjut lagi untuk struktur utamanya," tukas Jamus.

Usai pondasi itu dibangun, masyarakatlah yang kemudian berinisiatif membuat jembatan darurat dari sesek bambu yang bisa dilalui dengan sepeda motor. "Jadi kita tidak terkait dengan jembatan sesek bambu, kita ada permintaan bangun jembatan, dananya dari Bapeda Rp 200 juta. Ya sudah kita cukupkan di pondasi itu, 2021 kita tunggu alokasi anggaran baru kita lanjut," kata Jamus.

"Karena kalau kita memaksakan harus langsung jadi, nggak mungkin Rp 200 juta itu jadi, kaitan dengan spek kita ada ketentuan, menghitung RAB-nya ada ketentuan, pakai spek teknis kebinamargaan. Tidak ada istilahnya kita membangun sesek, nggak ada, sesek itu karena dinamika masyarakat yang ada di situ, menggunakan yang sudah ada di situ walaupun darurat supaya tidak memutar terlalu jauh," tandas Jamus.