Bogor Sediakan RSD Bagi Pasien COVID-19 Bergejala Ringan dengan Komorbid
ERA.id - Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan kotanya telah menyediakan rumah sakit darurat bagi pasien COVID-19 yang memiliki gejala ringan dengan penyakit penyerta atau komorbid agar mendapat pengawasan khusus.
"Jadi ini rumah sakit untuk diakses bagi orang dengan gejala ringan dan dengan komorbid. Jadi kalau enggak ada komorbid, ya, silakan kalau memungkinkan bisa di rumah. Tapi kalau dengan komorbid harus ada pengawasan khusus," kata Bima Arya dalam Update RS Darurat Wisma Atlet: Kesiapan Rumah Sakit Darurat Daerah, Jakarta dikutip dari Antara, Senin (25/1/2021).
Ia mengatakan bahwa pada November, dirinya melihat adanya tren lonjakan jumlah kasus di kotanya dan ada juga keluhan dari warga yang tidak mendapatkan tempat tidur di rumah sakit.
"Kita lihat trennya waktu itu. kalau ambang batas WHO 60 persen, ini mulai merambat naik sampai kemudian di November angkanya bisa di 80 persen. Karena itu kita melihat ini berbahaya," katanya.
Ia menilai lonjakan jumlah kasus yang tidak disertai dengan penambahan ketersediaan ruang isolasi dan perawatan akan memungkinkan penularan lebih lanjut dan menambah jumlah kasus dari kluster keluarga.
"Karena kalau warga tidak kebagian tempat isolasi, kemudian dipaksa atau terpaksa di rumah, maka ada potensi meningkatkan kluster keluarga. Karena mereka akan menyebarkan itu di keluarga," kata dia lebih lanjut.
Oleh karena itu, dia meminta Dinas Kesehatan bersama RSUD untuk mempercepat penambahan ruang isolasi, baik untuk orang tanpa gejala maupun untuk orang dengan gejala ringan.
"Karena saat itu saya menghubungi langsung Pak Doni Monardo, dan kita senang karena direspons dengan cepat. Dalam waktu dua pekan kemudian, rumah sakit itu selesai dibangun di lokasi Wisma Atlet. Jadi saat ini kita sudah memiliki rumah sakit lapangan," kata Bima.
Rumah sakit darurat itu saat ini memiliki 7 tempat tidur IGD, 2 ICU, 50 tempat tidur untuk ruang bertekanan isolasi negatif, sehingga total tempat tidur di rumah sakit tersebut mencapai 64, dengan tingkat keterisian sebanyak 29 pasien.
Jika tingkat keterisian tersebut mencapai 100 persen atau hingga 64 pasien, maka jumlah tenaga kesehatan yang ada di sana juga akan ditambah untuk mengoptimalkan penanganan pasien.
"Saat ini nakesnya 225 orang, ada dokter spesialis, umum, perawat, dan karyawan lain. Kalau kita maksimalkan menjadi 64 ranjang terlayani semua, harus ditambah lagi. Sekarang sedang proses. Mudah-mudahan pekan depan bisa ditambah," demikian kata Bima Arya.