Demo Tolak Rektor di Turki, Erdogan Anggap Mahasiswa 'Teroris'

ERA.id - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan tak akan membiarkan demonstrasi di sebuah universitas Istanbul, Turki, berubah menjadi unjuk rasa anti-pemerintah seperti yang pernah terjadi di tahun 2013. Erdogan bahkan menyebut para mahasiswa "teroris" dan "kaum LGBT".

Melansir Al Jazeera, mahasiswa dan pengajar Universitas Bogazici di Istanbul bersikeras memprotes penunjukan Melih Bulu, akademisi dan mantan calon anggota parlemen Turki, sebagai rektor institusi mereka.

Menurut komunitas akademisi Bogazici, penunjukan rektor dilakukan secara tidak demokratis. Mereka mendesak agar Bulu mengundurkan diri hingga memicu debat soal pengaruh negara yang terlalu kental di institusi pendidikan Turki.

Berdasarkan laporan Al Jazeera, Kamis, (4/2/2021), 250 orang yang berunjuk rasa di Istanbul telah ditahan selama pekan ini, dan 69 mahasiswa lainnya ditahan di Kota Ankara.

"Negara ini tak akan dikendalikan oleh para teroris. Kami akan melakukan segalanya untuk menghindari hal tersebut," kata Erdogan kepada anggota Partai AK yang mengusungnya, Rabu.

Erdogan menganggap para pengunjuk rasa kurang menjunjung "nilai nasional dan spiritual" Turki dan bahwa mereka merupakan anggota "kelompok teroris".

"Kalian ini mahasiswa atau teroris yang mencoba merampok ruangan rektor?" tanya Erdogan, dikutip Al Jazeera. "Negeri ini tak akan sekali lagi membiarkan peristiwa serupa Gezi di Taksim. Kita tidak mendukung teroris dan tidak akan pernah."

Unjuk rasa Gezi terjadi di tahun 2013 dan menjadi salah satu unjuk rasa terbesar di Turki pascakudeta 1980. Kala itu ribuan orang berdemonstrasi menolak rencana pembangunan replika barak Ottoman di Gezi Park yang ada di Istanbul.

Unjuk rasa menolak rektor meruncing pekan lalu setelah para demonstran memasang poster di dekat kantor sang rektor. Poster itu berupa gambar Ka'bah dengan imbuhan simbol LGBTQ.

"Negeri ini bersifat nasional dan spiritual, dan akan selalu seperti itu di masa depan nanti," kata dia.

Komentar Erdogan muncul sehari setelah polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan para demonstran yang telah mencapai jumlah 1.000 orang di Istanbul dan ratusan orang di Ankara.