Dicap Radikal, Din Syamsuddin: Beragama dan Bernegara Harus Radikal

ERA.id - Mantan Ketua Umum Muhamadiyah Din Syamsuddin mengaku tak kaget dicap radikal. Sebab ia meyakini yang dituduhkan tersebut tidak faktual. Sebab secara subjektif ia merasakan itu bukan wataknya untuk bertindak radikal. 

"Sangat tidak kaget ya," katanya dalam Youtube Karni Ilyas Club, dikutip Senin (22/2/2021). 

Ia menambahkan kegiatannya selama ini justru kebalikan dari radikal. Meskipun ia mengakui tak setuju dengan proyek Bush soal deradikalisasi.

"Dan sebagai President of Asian Conference of Religion for Peace, konferensi Asia Agama untuk Perdamaian, kami meluncurkan satu gerakan sejak 2012, countering violence extremism, jadi meng-counter ekstrimitas yang menampilkan kekerasan," katanya.

Ia menjelaskan konsep ekstrimisme yang dipakai dunia. Sebab radikalisme bisa jadi memiliki arti positif. Ia menyebutkan radics artinya akar. Misalnya beragama harus radikal.

"Beragama harus radikal, artinya berpegang pada akar agama, ushuludin. Dalam bernegara harus radikal, berpegang pada dasar negara. Cuma sekarang ada distorsi ya," kata Din. 

Menurutnya, kata radikal saat ini dipakai dalam makna peyoratif. Dalam konteks tersebut, ia tak kaget. 

"Terutama karena, ini sebenarnya bukan baru. Ini sudah sejak beberapa bulan yang lalu, bahkan setahun yang lalu. Patut diduga mereka yang memasang spanduk di kampus ITB 'Pecat Din Syamsuddin dari anggota MWA ITB," katanya.