Ada Massa Tandingan, Baku Hantam Pecah di Demonstrasi Myanmar
ERA.id - Baku hantam pecah di kota Yangon, Myanmar, pada Kamis, (25/2/2021), ketika massa pendukung junta militer menghadang warga setempat yang berdemonstrasi sambil memukul panci dan cerek sebagai simbol penolakan terhadap kudeta.
Berdasarkan laporan Al Jazeera, para pendukung Tatmadaw, sebutan untuk junta militer, ikut turun ke jalanan Yangon, lalu memukuli sejumlah orang yang mereka temui.
Satu orang dikabarkan melemparkan batu ke arah fotografer majalah Frontier Myanmar, melukai fotografer tersebut.
Pihak Tatmadaw telah mengambil alih kekuasaan di Myanmar pasca menggulingkan pemerintahan sah Aung San Suu Kyi dari partai National League for Democracy (NLD). Sejak peristiwa tanggal 1 Februari tersebut, aksi massa menolak kudeta terus terjadi setiap hari di seantero negeri. Puluhan ribu warga dikabarkan telah turun ke jalan mendesak berakhirnya kekuasaan militer dan dibebaskannya Suu Kyi serta pemimpin lainnya.
Berdasarkan pengamatan Frontier Myanmar, aksi pendukung junta militer Myanmar pada Kamis merupakan "demonstrasi pro militer pertama" di Yangon, kota terbesar di Myanmar. Kira-kira 1.000 orang mengikuti unjuk rasa ini, sebut kantor berita Reuters.
Beberapa pendukung junta militer itu tertangkap kamera mengayunkan pentungan hingga pisau. Beberapa melemparkan batu dan menggunakan nketapel.
Seorang jurnalis asal Myanmar membagikan video kamera pengawas beberapa saat setelah terjadinya penusukan terhadap seorang warga oleh massa pro junta. Warga terlihat berlari menyelamatkan diri.
Sementara itu, para oposisi kudeta kabarnya mengumumkan akan menjalankan aksi protes lagi pada Kamis. Al Jazeera melaporkan para mahasiswa meminta pengunjuk rasa membawa buku-buku terbitan pihak militer untuk dihancurkan di tengah aksi demonstrasi. Para dokter dikabarkan akan ikut berunjuk rasa.
Meski demonstrasi anti-kudeta umumnya berlangsung damai, setidaknya tiga orang pengunjuk rasa dan satu polisi telah tewas dalam gelombang unjuk rasa tiga pekan terakhir.
Perkembangan politik Myanmar yang makin represif ini dijadikan Facebook, platform media sosial yang sangat populer di Myanmar, untuk memblokir akun-akun yang terhubung dengan pihak militer.
"Kejadian sejak 1 Februari, termasuk kekerasan fatal, makin mendesak dimunculkannya pemblokiran ini," sebut Facebook dalam sebuah posting blog. "Menurut kami risikonya terlalu besar bila terus memberi akses ke Facebook dan Instagram pada Tatmadaw."
Upaya diplomatik kini terus dilakukan untuk meningkatkan tekanan ke jenderal militer Myanmar. AS, Inggris, Kanada, dan New Zealand telah menjatuhkan sanksi yang diarahkan ke para jenderal.
ASEAN, asosiasi negara Asia Tenggara yang juga menaungi Myanmar, didesak untuk bertindak lebih tegas. Indonesia, diwakili oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, pun makin gencar menjalankan 'shuttle diplomacy' agar asosiasi regional ini bisa segera menemukan sikap bersama.