Alasan Kenapa Sudah 2 Kali Vaksin Masih Harus Tes PCR, Epidemiolog UGM: Masih Bisa Tertular

ERA.id - Prosedur testing di masa pandemi Covid-19 ini kerap membingungkan masyarakat. Penggunaan tes Covid-19 melalui metode polymerase chain reaction (PCR) atau antigen pun sering dipertanyakan, termasuk ketika diterapkan sebagai syarat perjalanan.

Apalagi jika menyangkut status warga yang telah menjalani vaksinasi, apakah tes tersebut tetap diperlukan. 

Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Bayu Satria menjelaskan tes Covid-19 PCR atau antigen tetap penting. Tes tersebut menjadi bagian dari prosedur penelusuran atau tracing kontak, termasuk ketika penderita Covid-19 melakukan kontak erat dengan seseorang yang telah divaksin.

“Meski sudah divaksin dua kali risikonya lebih kecil dibanding yang baru satu kali atau belum divaksin, tidak menutup kemungkinan ia tertular. PCR atau antigen untuk tracing kontak atau mendeteksi kasus,” tutur Bayu saat dihubungi, Selasa (2/11).

Seseorang yang telah divaksin tetap dapat tertular Covid-19 kendati tingkat keparahannya rendah. Apalagi usai berkontak muncul gejala, sehingga untuk memastikan itu sebagai konfirmasi kasus Covid-19, ia harus menjalani tes PCR atau antigen.

“Sudah vaksin dua kali pun kalau jadi kontak erat da nada gejala ia wajib tes. Mau PCR atau antigen itu sesuai aturan saja,” katanya.

Namun, menurut Bayu, seseorang tidak harus menjalani tes Covid-19 sebelum menjalani vaksinasi.

“Tidak disarankan harus tes dulu sebelum vaksinasi. Tapi pastikan dulu tidak ada gejala dan indikasi,” katanya.

Adapun tes Covid-19 sebelum melakukan perjalanan memang memunculkan beberapa pendapat. Bayu sendiri menilai syarat PCR untuk perjalanan dan penerbangan, termasuk untuk mereka yang sudah vaksin dua kali, tak efektif dan tak efisien.

Syarat ini juga tak diterapkan di negara lain. “Tes PCR itu untuk mengonfirmasi indikasi. Kalau perjalanan jauh itu, orang itu pasti sehat, apalagi kalau sudah vaksin dua kali, dan tak menjadi kontak erat,” kata dia.

Menurut dia, syarat perjalanan cukup dengan tes antigen. Hasil negatif atas tes PCR pun tak menjamin seseorang tak tertular kemudian di perjalanan. “Apalagi kalau syarat PCR-nya 3x24 jam. Makin besar jaraknya (dari tes), makin besar potensi terpaparnya,” kata dia.