Tak Punya Beban, Djoss Lebih Rileks daripada Eramas
Djarot-Sihar juga menyampaikan gagasan dan menjawab pertanyaan dengan santai tapi substansial sebagai bentuk berpengalaman dan menguasai materi debat di hadapan lawan debatnya, Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (Eramas).
Dalam dua jam waktu debat yang disiarkan langsung televisi nasional itu, Djarot-Sihar lebih sering menatap Edy-Musa saat memberikan pemaparan. Djarot-Sihar bahkan selalu mengawali jawaban dan argumentasinya dengan tersenyum sambil mengucapkan terima kasih kepada Edy-Musa.
"Djarot sudah berpengalaman berdebat, dia bisa menghadapi dengan elegan dan substansial karena pengalamannya itu," kata pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, saat dihubungi, Selasa (19/6/2018) malam.
Selain berpengalaman, kata Adi, Djarot tenang dalam berdebat karena tidak memiliki beban masalah. Karena itu juga, Djarot leluasa bertanya kepada lawan debatnya mengenai komitmen mewujudkan pemerintahan bersih lantaran Musa yang mendampingi Edy sudah beberapa kali diperiksa KPK terkait kasus korupsi yang menjerat mantan Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho.
"Djarot bisa tenang seperti itu kan karena dia bersih dan enggak punya beban masalah apapun," ungkap Adi.
Dalam debat tersebut, Djarot-Sihar fokus menyampaikan komitmennya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sumatera Utara, sesuai tema yang ditetapkan dalam debat, penegakan hukum dan hak asasi manusia. Menurut pasangan nomor urut 2 yang diusung PDIP dan PPP, peningkatan kesejahteraan merupakan hak asasi semua warga Sumatera Utara.
Peningkatan kesejahteraan itu, kata Djarot, bakal dimulai dengan mewujudkan iklim investasi lebih bergairah di Sumatera Utara dengan cara menghadirkan pelayanan terpadu, mempermudah prosedur, menjaga iklim dan keamanan, serta menguatkan sistemnya.
"Tugas utama itu adalah melayani, urusan yang sulit itu justru dibikin mudah. Kalau perizinan mudah dan pemimpinnya melayani dengan hati dan jujur, saya yakin investor akan datang," ucap Djarot.
Selain itu, Djarot juga berjanji akan merevitalisasi balai pelatihan kerja agar tenaga kerja dari Sumut mampu bersaing. Sebagai contoh, untuk sektor pertanian akan diprioritaskan di Dairi dan Karo, sektor perikanan dan pengolahan ikan akan diprioritaskan di Tanjung Balai dan Sibolga.
"Kalau perlu didorong supaya mereka mendapat ISO, supaya diakui dan dihormati saat bekerja di luar negeri. Dengan cara itu juga kita bisa menekan human trafficking," ungkap mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.