Gagasan Soal ‘Happiness’ jadi Bahan Pembicaraan Sastra

| 28 Aug 2020 02:15
Gagasan Soal ‘Happiness’ jadi Bahan Pembicaraan Sastra
Spirituality of Happines (Dok. Denny JA)

ERA.id - Buku Denny JA berjudul 'Spirituality of Happiness’ menjadi pembahasan sejumlah pakar, dan viral. Buku tersebut dinlai menjadi jalan keempat dalam memahami kebahagiaan.

Dalam keterangan persnya Jumat (28/8/2020), disebutkan sebuah grup Facebook Esoterika_Forum Spiritualitas memuat seluruh 30 review dari 30 tokoh. IQRA.ID memuat sebagian review itu. Puluhan WA grup ikut memforward dan mendiskusikannya.

Dr (HC). Hussein Muhammad, dalam komentarnya menyebut buku tersebut dahsyat. Buku tersebut menggugat kemapanan tradisi beragama dan berpikir. "Tapi ujungnya, buku ini menganjurkan Jalan Cinta,” komentar Hussein.

Dr. Albertus Patty menyebut buku tersebut menggelisahkan. Mereka yang terbiasa dengan spiritualitas gelombang satu: mitologi dan gelombang kedua: agama wahyu, akan gelisah membaca buku ini.

Dr. Jalaluddin Rahmat menyebuy Denny JA menawarkan jalan keempat dalam memahami kebahagian yaitu jalan ilmu pengetahuan. Tiga jalan sebelumnya adalah common sense, agama dan filsafat.

Sekitar 30 pakar lintas agama, jurnalis senior dan intelektual membahas buku Denny JA. Di samping empat nama di atas, juga ikut membahas, antara lain: Dr Komaruddin Hidayat, Dr. Haidar Bagir, Prof. Dr. Kautzar Azhari Noer, Dr. Franky Budi Hardiman, Dr. Budhy Munawar Rahman.

Denny JA mengamini komentar Dr Franky Budi Hardiman. Bahwa buku ini intisari perjalanan 40 tahun spiritualitasnya mendalami empat agama besar: Islam, Kristen, Budha dan Hindu. Ia juga menekuni Theosophy, Krishnamurti, OSHO, Subud hingga Ki Ageng Surya Mentaram. Ujungnya Denny juga membaca perkembangan terakhir Neuro Science dan Positive Psychology.

Dijelaskannya, ia merumuskan pengalamannya dalam empat formula, yang menjadi intisari buku. Pertama, sejarah manusia dan homo sapiens dapat dibagi dalam tiga gelombang narasi besar spiritualitas. Narasi spiritual berdasarkan mitos. Ini belangsung sejak 70 ribu tahun lalu.

Lalu spiritualitas berdasarkan keyakinan wahyu (agama). Ini berlangsung sejak 3000 tahun lalu. Terakhir, spiritualitas berdasarkan ilmu pengetahuan empirik. Ini baru berlangsung sekitar 70 tahun lalu dengan datangnya ilmu baru Neuro Science dan Positif Psychology.

Kedua, menurut Denny, rumah spiritual dan pencarian makna itu bersumber dari otak manusia. Neuroscience menunjukkan manusia gelisah mencari makna dan kebahagiaan karena hadirnya happy hormones dalam otak manusia: Dopomine, Serotonine, Oxytocine dan Endorphine.

Juga di otak manusia ada Parietal Cortex. Jika bagian ini hidup, menurutnya, akan lahir pertanyaan eksistensial: siapakah aku? Apa makna hidup? Adakah Tuhan?. "Inilah penggerak manusia mencari makna sepanjang sejarah. Kebutuhan meaning of life, Tuhan, dan sebagainya, itu tertanam kuat dalam syaraf manusia,” ungkap Denny JA..

Ketiga, pertanyaan eksistensial itu selalu membayangi homo sapiens. Dan jawaban atas pertanyaan itu tergantung dari pengetahuan dominan zamannya. Karena itu lahirnya zaman mitologi, zaman wahyu dan zaman ilmu pengetahuan.

Ujung dari pencarian itu adalah motif manusia untuk hidup bahagia. Hidup bermakna. Hidup yang punya tujuan. Kini pertanyaan itu dijawab oleh ilmu pengetahuan berdasarkan riset akademik. Jawabannya tak lagi bersandar pada otoritas wahyu dan mitos.

Keempat, Denny JA merumuskan formula happiness berdasarkan riset empirik. Ia sebut ini spiritualitas baru abad 21. Kadang ia menyebutnya spiritualitas gelombang ketiga. Spiritualitas ini bukan agama, tidak menggantikan agama,  bahkan memperkuat agama asal.

Dijelaskan Denny, spirtualitas baru ini bahkan dapat menyatukan kembali homo sapiens, yang kini terpencar dalam 4300 agama, 195 negara dan 6500 bahasa. Denny merumuskan formula Happiness itu dengan rumus 3 P + 2 S. Personal Relationship, Positivity, Passion, Small Winning dan Spiritual Blue Diamond.

"Apapun agama, asal negara, status ekonomi, gender, warna kulit, paham politik, semua individu dapat bahagia sejauh menerapkan mindset dan habit 3 P+ 2 S. Ini adalah hasil riset,” kata Denny.

Luasnya perhatian dan pencapaian Denny, membuat ahli teologi Joas Adiprasetya menyebut Denny JA memiliki Rainforest Brain. Yaitu Pribadi yang kompleks, intense dan gifted. Ini istilah dari Paula Prober yang mengamati anak anak jenius dengan pribadi yang kompleks.

Kini 60 karya sastra Denny JA dibuatkan video animasi dengan substitle bahasa Inggris. 20 buku karangannya ditejemahkan ke bahasa Inggris. Juga 30 pidato terpilihnya untuk tema yang luas, dari politik, agama dan sastra, juga diberi substitle bahasa Inggris.

Tags : buku
Rekomendasi