Pemprov Sumut "Memanas", Edy-Ijeck Sudah Saling Sindir, Siapa Diuntungkan?

| 27 Dec 2022 17:22
Pemprov Sumut
Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Musa Rajekshah alias Ijeck. (Antara)

ERA.id - Konflik terbuka antara Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara (Sumut) kembali dipertontonkan. Terbaru, Wakil Gubernur (Wagub) Sumut Musa Rajekshah alias Ijeck mengeluarkan statement seolah menyindir Gubernur Sumut Edy Rahmayadi.

Nada sindiran ini disampaikan Ijeck saat menutup Rapimda Partai Golkar Sumut di Hotel Santika Medan, Jumat (23/12/2022). Ratusan peserta yang hadir meneriaki Ijeck 'gubernur'.

Dari podium, Ijeck meluruskan teriakan para peserta bahwa dirinya masih menjabat sebagai Wagub Sumut. Dia menyebut gemuruh gubernur bisa menyebabkan Gubernur Sumut yang saat ini dijabat Edy Rahmayadi bisa alergi.

"Belum, belum, masih wakil gubernur. Nanti gubernur tambah alergi," ucap Ketua DPD I Partai Golkar Sumut ini.

Aksi saling sindir antara Edy Rahmayadi dan Ijeck bukanlah hal baru. Keduanya tercatat sudah beberapa kali mempertontonkan aksi saling sendiri di beberapa kesempatan.

Edy Rahmayadi sendiri juga pernah melayangkan nada sindiran. Mantan Pangkostrad ini tercatat beberapa kali menyindir warna kuning yang menjadi warna kebesaran Partai Golkar.

Pertama, Edy menyindir warna kuning saat menghadiri peresmian kantor DPD Partai Demokrat Sumut, Jalan Sudirman Medan, Jumat (9/9/2022). Mantan Ketua Umum PSSI ini mengaku dibully oleh pengurus Partai Golkar. Dia juga tak segan-segan menunjuk pengurus Golkar yang saat itu hadir.

"Yang pakai baju kuning ini, orang ini pura-pura, bukan pengusung saya. Mungkin gara-gara orang-orang yang baru inilah, yang bully-bully aku ini," kata Edy.

Kepada orang yang memakai atasan berwarna kuning tersebut, Edy meyakinkan bahwa dirinya sudah mengenal Partai Golkar sejak tahun 87. "Orang-orang yang baru ini yang bully-bully saya ini," tegasnya.

Kedua, Edy kembali menyoal warna kuning saat menghadiri acara Banteng Muda Indonesia (BMI). Mantan Pangdam I/Bukit Barisan ini kembali menyoal setelah salah satu peserta memakai pakaian warna kuning dan diketahui merupakan perwakilan dari Partai Golkar.

"Saya agak-agak trauma kalau jumpa kuning," ungkap Edy.

Merespons itu pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Shohibul Ansor Siregar menilai, saling sindir Edy Rahmayadi dan Ijeck tak ubahnya sedang mengampanyekan kelemahan masing-masing.

Penilaian ini, diyakini Shohibul, setelah keduanya terus melangsungkan aksi saling sindir. "Saya tahu Edy Rahmayadi dan Ijeck sedang merancang keterpilihan dengan pasangan masing-masing melalui Pilkada bulan November 2024. Jika mereka sudah sama-sama merasa tak memiliki kecocokan, mereka harusnya dapat mempertimbangkan risiko bahwa jika konflik terus berlangsung begitu terbuka, justru mereka berdua tak ubahnya sedang berusaha mengkampanyekan kelemahan masing-masing," ungkapnya saat dihubungi ERA, Selasa (27/12/2022).

Shohibul mengingatkan konflik terbuka antara Edy dan Ijeck yang saat ini masih menjabat sebagai Gubernur Sumut dan Wagub Sumut akan menggangu efektivitas pemerintahan. Dia menyebut keduanya tidak menyadari konflik terbuka ini akan merontokkan elektabilitas masing-masing. 

"Itu berarti mereka dengan suka rela sedang melakukan manuver politik memberi jalan mulus kepada figur-figur yang akan menantang mereka pada Pilkada 2024," sebutnya.

Shohibul juga menilai konflik terbuka yang terus dilakukan Edy dan Ijeck sangat bertentangan dengan visi Sumut Bermartabat. Direktur Pengembangan Basis Sosial Inisiatif dan Swadaya (N Basis) ini menjelaskan tuntutan pembangkitan martabat sebagai bagian kewarganegaraan termanifestasi dalam berbagai bentuk perjuangan politik yang sejak beberapa dekade lalu memotivasi berbagai gerakan perubahan damai maupun bernuansa kekerasan.

"Perjuangan memulihkan dan meninggikan martabat itu adalah wilayah kerja yang sangat berat. Sekalipun dengan memobilisasi seluruh kekuatan sosial, politik, dan teknokratis yang ada secara optimum, jelas akan tetap sulit diwujudkan. Konon pula sambil berkelahi?" pungkasnya.

Konflik terbuka saling sindir Edy dan Ijeck turut disorot pengamat politik dari Universitas Negeri Medan (Unimed) Bakhrul Khair Amal. Dia mengingatkan bahwa terpilihnya Edy Rahmayadi dan Ijeck sebagai gubernur dan wakil gubernur Sumut bukan keberhasilan partai politik melainkan keberhasilan rakyat.

"Disharmonisasi ini terjebak pada Pilkada tahun 2024. Lalu gubernur ingin menjadi gubernur, dan wakil gubernur ingin menjadi gubernur. Pertanyaannya bagaimana tugas pokok dan fungsi mereka? Untuk menjalani sisa waktu yang ada untuk menjadi yang terbaik," ujarnya.

Bakhrul menegaskan agar keduanya tidak lagi disibukkan dengan mempertontonkan konflik terbuka saling sindir. Menurutnya, masyarakat Sumut masih akan menagih kinerja keduanya dengan sisa waktu setahun lagi untuk mencapai visi dan misi.

"Visi misi dan implementasi itu sudah sejauh mana progresnya. Tentang kesejahteraan, kesehatan, pendidikan, infrastruktur dan birokrasi. Masyarakat masih menunggu progres-progres capaian visi misi itu," pungkasnya.

Rekomendasi