ERA.id - Masjid Raya Al Jabbar jadi sorotan warganet. Salah satunya terkait penggunaan dana APBD dalam pembangunan yang dinilai fantastis. Mereka juga menyarankan agar Pemprov Jawa Barat membangun infrastruktur pendukung transportasi massal dibandingkan membangun rumah ibadah.
Menanggapi hal itu, Sekretaris Fraksi PDIP DPRD Jawa Barat, Yunandar Rukhiadi Eka Perwira menyebut Masjid Raya Al Jabbar ini menjadi semacam legacy bagi Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.
Sebab, selain sebagai Kepala Daerah, Ridwan Kamil juga dikenal sebagai arsitek sehingga ingin membuat masjid yang paling megah se-Jawa Barat.
"Ini memang yang menilai harus adalah masyarakat, sebenarnya Masjid Raya Al Jabbar itu diperlukan atau tidak. Jika dihitung jumlah masjid terbanyak di Indonesia ada di Jawa Barat. Setiap RW pasti ada masjid," ungkap Yunandar, Kamis (5/1/2023).
Menurutnya, Masjid Raya Al Jabbar menjadi bagian dari kampanye Ridwan Kamil yang dikabarkan ingin menjadi Calon Presiden (Capres). "Jadi itu adalah bagian dari kebutuhannya beliau," tuturnya.
Sementara soal penggunaan anggaran APBD untuk membangun masjid, Yunandar menilai semua pembangunan infrastruktur itu penting. Namun, dengan keberadaan anggaran yang ada harus ada prioritas pembangunan.
"Tapi apa yang prioritas dengan keberadaan anggaran yang ada," ucapnya.
Yunandar menjelaskan, Masjid Raya Al Jabbar ini sebenarnya bukan masjid yang diinisiasi oleh Ridwan Kamil. Melainkan, Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan yang ingin membangun masjid kepentingan masyarakat Kota Bandung saat itu.
"Ini bukan hasil Pak Ridwan Kamil, yang pertama membangun kan Pak Ahmad Heryawan. Jadi harus dicari sejarahnya, kenapa harus di sana, harus semegah itu," jelasnya.
Mengingat, saat itu terdapat rencana pemindahan Pemprov Jawa Barat ke kawasan Gedebage tetapi hingga saat ini belum terealisasikan.
"Dulu punya rencana memindahkan pemerintahan itu ke Gedebage. Ini kan konsep yang tidak terjadi. Jadi masjidnya dibangun, pemerintahannya tidak pindah. Ini jadi aneh, seharusnya tidak perlu mewah itu menurut saya. Kalau mau dibangun masjid, ya secukupnya saja, kalau memang perlu masjid," sambungnya.
Kendati begitu, Yunandar tidak bisa merinci soal rencana pembangunan Masjid Raya Al Jabbar. Sebab, pada saat itu ia tidak terlibat langsung dalam perencanaan Masjid Raya Al Jabbar.
"Mungkin ada sekelompok orang atau suatu wilayah yang mengajukan masjid itu dulu kepada Gubernur (Aher). Itu yang saya tidak bisa pahami karena tidak terlibat langsung. Intinya tidak mungkin ada supply kalau tidak ada demand," terangnya.
Meski demikian, ia menilai kritik masyarakat terkait pembangunan Masjid Raya Al Jabbar yang menelan anggaran hingga Rp1,2 triliun itu.
"Jadi itu hal wajar masyarakat mengkritisi hal seperti itu,"