Aksi Gejayan Memanggil Kembali di Jogja, Pecahkan Kendi Tanda Kezaliman Jokowi

| 12 Feb 2024 18:06
Aksi Gejayan Memanggil Kembali di Jogja, Pecahkan Kendi Tanda Kezaliman Jokowi
Aksi Gejayan Memanggil Kembali di Yogyakarta, Senin (11/2/2024). (Wawan H/ERA.id)

ERA.id - Mahasiswa, sivitas akademika, dan aktivis di Yogyakarta menggelar aksi Gejayan Memanggil Kembali, Senin (12/2/2024), untuk memprotes kondisi demokrasi jelang pemilu. Aksi ini bertajuk Aksi Sejagad, Aksi Serentak Jaringan Gugat Demokrasi.

Ratusan mahasiswa berkumpul di Bundaran Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk berorasi dan menuju Jalan Gejayan, Sleman, mulai jam 13.00 WIB. Mereka antara lain perwakilan dari UGM, UII, UPN, UMY, Universitas Sanata Darma, UIN Sunan Kalijaga, dan UNY.

Dari arah kampus UII kemudian menyusul sejumlah dosen, sivitas akademika, dan aktivis lintas kampus yang mengatasnamakan Forum Cik Di Tiro. Mereka long march kemudian turut berkumpul di Bundaran UGM sambil membunyikan kentongan dan memecahkan kendi.

"Ini sebagai tanda kita menghancurkan kezaliman dan keserakahan Jokowi. Siapa yang menjadi penyintas rezim Jokowi? Jangan diam! Lawan!" kata orator.

Massa ini membawa poster-poster yang mengecam berbagai kebijakan pemerintahan Presiden Jokowi, seperti keputisan MK yang meloloskan Gibran, pelanggaran HAM, UU Cipta Kerja, hingga eksploitasi alam seperti penambangan di Wadas, Purworejo.

Pada jam 15.20 WIB, mahasiswa dan para aktivis ini kemudian melakukan konvoi menuju perempatan Gejayan.

Koordinator Forum Cik Di Tiro, Masduki, menyatakan gerakan ini  adalah gerakan moral dari mahasiswa untuk menghentikan laju musim gugur demokrasi yang ditandai ketakutan publik hingga akademisi untuk berbicara dan menyatakan pendapat.

"Kalau dibiarkan akan terjadi musim dingin yang panjang dan terjadi kebekuan nurani. Itu bahaya. mahasiswa coba menghentikan itu dengan aksi ini," ujar dosen Universitas Islam Indonesia (UII) ini.

Menurutnya, publik harus melihat aksi ini nonpartisan yang memberi asupan data ke masyarakat di masa tenang pemilu. Asupan data tersebut akan menelanjangi semua calon presiden dan partai politik.

"Politik kita tidak ada yang sepenuhnya sehat. Kita berikan asupan data dan warning ke elit dan parpol jangan bermain-main dengan nurani publik," ujarnya.

Rekomendasi