Pengunjung Warung Mie Gacoan Jogja Mengeluh, Disuruh Bayar Parkir Meski Jalan Kaki

| 05 May 2022 11:26
Pengunjung Warung Mie Gacoan Jogja Mengeluh, Disuruh Bayar Parkir Meski Jalan Kaki
Ilustrasi warung Mi Gacoan (Wawan)

ERA.id - Tempat makan dan sistem perparkiran di Yogyakarta disorot warganet. Tukang parkir di cabang Mie Gacoan di Gejayan, Yogyakarta, dikeluhkan karena menarik biaya parkir ke pengunjung yang tak membawa kendaraan ke restoran.

Hal ini seperti disampaikan akun Twitter @BisKota_ yang menunjukkan tangkapan layar testimoni warganet, Rabu (4/5), soal layanan parkir pada salah satu cabang Mie Gacoan tersebut.

"Bayangkan, jalan kaki ke sana tetap ditagih bayar parkir #istimewa," katanya.

Saat dicek ERA di Google, ulasan terhadap Mie Gacoan Gejayan dinilai 1,1 dari 5 bintang. Sejumlah ulasan mengeluhkan permintaan biaya parkir pada pengunjung yang tak membawa kendaraan pribadi.

"Saya ber 4 dari kost engak bawa motor, masak suruh bayar parkir semua?" kata akun Wong Penak.

"Ra kalap (tidak wajar) itu tukang parkir apa wong2 an sawah sih,, gk bw motor kok suruh bayar parkir!!!. Tuh,, management gacoan tutup mata atau benar benar gak tau ya, akan kelakuan wong2an sawah," seru akun Topo Hadi Rahmanto.

"Masa naik ojol, cuma beli di bungkus ditarik in parkir,udah gila kali ya,ini namanya pungli,,tolong pak dishub di tertibkan, bubarkan sekalian aja restonya," kata akun Yahya Arif Setiawan.

Ulah nakal juru parkir ini bukan kali ini terjadi di Yogyakarta. Sebelumnya oknum jukir di Jogja juga menarik biaya parkir kelewat tinggi alias nuthuk pada bus wisata beberapa waktu lalu.

Adapun Mie Gacoan di Jogja juga sempat menuai perhatian saat digeruduk para tukang ojek online karena berselisih dengan salah satu pegawainya terkait antrean makanan. Kedua kejadian itu pun viral di media sosial.

Sebelumnya Pemda DIY sempat pelaku wisata untuk tak nuthuk pada musim libur Lebaran ini. Apalagi Jogja dipadati wisatawan dan pemudik hingga mencapai 3,9 juta orang.

Seperti disampaikan Gubernur DIY, Sultan HB X beberapa waktu lalu bahwa para pedagang, pelaku wisata, termasuk juru parkir, sebenarnya sudah paham untuk melayani wisatawan.

“Mestinya (pelaku wisata) sudah lebih menyadari. Nanti ndak nek (kalau) aku mengimbau ngono kui dikira aku juweh (cerewet). Mosok kesadaran itu bola-bali terus menerus (diingatkan). Tidak maju-maju,” ucap Sultan, akhir April lalu.

Rekomendasi