Kadernya Dipukuli Saat Ricuh di Surabaya, Pimpinan GP Ansor Minta Dibawa ke Ranah Hukum

| 24 Feb 2024 13:30
Kadernya Dipukuli Saat Ricuh di Surabaya, Pimpinan GP Ansor Minta Dibawa ke Ranah Hukum
Ilustrasi penganiayaan. (Antara)

ERA.id - Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda (GP) Ansor meminta kejadian kericuhan yang terjadi di Gunung Anyar pada Kamis (22/2/2024) lalu, dibawa ke ranah hukum. Lantaran, sejumlah kadernya dipukuli oleh oknum penyelenggara pengajian.

Ketua Umum GP Ansor Addin Jauharudin mengatakan bahwa kejadian tersebut merugikan pihak Ansor yanh memang menolak pengajian yang diisi ustaz Syafiq Riza Basalamah.

Hal itu lantaran adanya pengingkaran terhadap komitmen yang sudah disepakati kedua belah pihak, untuk tidak melaksanakan pengajian yang diisi ustaz populer tersebut.

“Terjadi pengingkaran atas kesepakatan yang sudah dilakukan kedua belah pihak. Bahwa panitia tidak akan mendatangkan Syafiq Riza Basalamah, tetapi di lapangan itu berbeda,” kata Addin, melalui keterangannya, Sabtu (24/2/2024).

Addin menjelaskan bahwa proses  tabayun yang sudah dilakukan Ansor setempat justru mendapatkan perlawanan keras dari pihak penyelenggara.

Kata dia, kejadian itu terdapat kader Ansor yang dipukuli oleh oknum tertentu yang akhirnya membuat suasana bertambah keruh.

“Kendati kami dirugikan secara fisik, dan tentu saja juga penistaan terhadap amaliah NU, kami tetapi meminta kepada seluruh kader, utamanya di Surabaya, agar tidak terprovokasi dan menunggu komando dari pimpinan pusat,” jelasnya.

Oleh karenanya, Addin dengan tegas meminta agar kader Ansor melakukan pengawalan terhadap kader yang ditimpa kekerasan melalui jalur penegakan hukum.

“Memerintahkan kepada Ketua PAC Gunung Anyar dan PC GP Ansor Surabaya untuk mengawal tindakan kekerasan dan pemukulan terhadap kader Ansor untuk dilokalisir dalam ranah penegakan hukum,” tegasnya.

Lebih lanjut Addin menyampaikan bahwa Ansor merupakan organisasi kepemudaan yang berada di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU) tersebut tidak mempunyai DNA menolak, apalagi membubarkan pengajian agama Islam.

“Yang terjadi adalah sikap tegas kader GP Ansor terhadap gerakan intoleransi atas nama pengajian yang isinya adalah menyerang dan menistakan ajaran dan amaliyah warga Nahdliyin,” tegasnya.

Menurutnya, sekelompok pengajian mendatangkan penceramah yang lazim menista ajaran dan amaliah Nahdlatul Ulama yang menimbulkan kericuhan yang meinggikari kesepakatan.

Ditambah lagi, pengajian tersebut dilakukan di tengah-tengah penduduk yang mayoritas amaliahnya berpegang terhadap ajaran NU.

“Kader-kader Ansor dan Banser selama ini tugasnya mengawal pengajian. Kami komitmen akan hal itu. Namun, kami tegas dan tidak mundur selangkah pun terhadap pengajian-pengajian yang merongrong identitas kebangsaan Indonesia, intoleran, membangun narasi radikal, menghujat amaliyah NU, apalagi mau mengubah sistem negara,” pungkasnya.

Rekomendasi