Pesan Terakhir Santri Kediri yang Tewas Dianiaya oleh Seniornya: Aku Takut Ma, Cepet Sini Tolong Ma

| 27 Feb 2024 14:00
Pesan Terakhir Santri Kediri yang Tewas Dianiaya oleh Seniornya: Aku Takut Ma, Cepet Sini Tolong Ma
Ilustrasi jenazah. (Antara)

ERA.id - Suyanti (38), ibu korban santri Pondok Pesantren PPTQ AI Hanifiyyah, Mojo, Kediri, Jawa Timur yang tewas dianiya bercerita bahwa anaknya sempat meminta jemput dan meminta tolong kepadanya.

Suyanti mengaku anaknya bernama Bintang Balqis Maulana (14), sempat memberi pesan melalui WhatsApp untuk diminta jemput pulang dari pasantrenya tersebut, di Mojo, Kediri, pada Senin (19/2/2024) lalu.

Saat memberi pesan, lanjut Suyanti, anaknya Bintang tak banyak memberi pesan. Ia pun meminta  anaknya untuk bersabar untuk pulang saat bulan Ramadhan. Tetapi, dia tetap meminta bersikukuh untuk segera dijemput.

“Cepet sini. Aku takut ma, ma tolong. Sini cepet jemput,” begitu bunyi pesan yang dikirim Bintang ke ibunya. 

Membaca pesan anaknya tersebut, Suyanti hanya bisa memberi pesan dan meminga anaknya melapor kepada kiai pengasuh pesantresn jika terjadi sesuatu.

Untuk menenangkan anaknya, Suyanti menjanjikan akan membikan sepeda motor untuk Bintang.

“Doakan mama ma mbake. Jaga diri jaga kesehatan. Semangat belajar karena lulus satu tahun lagi motor menanti,” ucap Suyanti kepada Bintang.

Namun sayangnya, Bintang anak bungsunya itu tewas dianiya oleh senior-seniornya. Ia pun tak kuasa membendung tangis melihat jenazah anaknya dalam kondisi mengenaskan.

Sebelumnya, Kapolres Kediri Kota AKBP Bramastyo Priaji mengatakan bahwa polisi memastikan Bintang Balqis Maulana (14) santri asal Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi itu tewas dianiaya.

Ia menyebut sebanyak empat menjadi tersangka yakni para santri diantaranya adalah MN (18) asal Sidorjo, MA (18) asal Nganjuk, AF (16) Denpasar dan AK (17) Kota Surabaya teman sesama santri yang juga kakak kelas korban dalam menempuh pendidikan di MTS.

Terkait motif, AKBP Bramastyo Priaji menyebut ada kesalahpahaman antara para tersangka dan korban. Namun, lebih jauh dia akan memperdalam motif tersebut dalam penyidikan ini.

“Motif diduga karena kesalahpahaman antara anak-anak pelajar. Jadi antara mereka mungkin ada salah paham kemudian terjadi penganiayaan yang dilakukan berulang-ulang,” jelasnya.

Diketahui kasus aniaya ini terjadi saat pihak keluarga korban curiga dengan jenazah anaknya yang diantar oleh pihak pesantren.  Awalnya pengantar jenazah menyebut Bintang meninggal usai jatuh terpeleset di kamar mandi. Tapi keluarga curiga setelah melihat darah yang mengucur dari keranda jenazah. Saat kain kafan dibuka, terlihat luka dan lebam di sekujur tubuh korban.

Rekomendasi