ERA.id - Seorang bayi berusia empat bulan terdampak gas air mata yang ditembakkan polisi saat berupaya membubarkan konsentrasi massa bentrok pada Kamis (28/3), telah ditangani Bidang Dokkes Polda Maluku.
"Sudah ditangani Bidang Dokkes saat dilakukan pertemuan antara Polresta Ambon dengan keluarga korban serta tokoh masyarakat setempat," kata Kapolresta Pulau Ambon dan PP Lease, Kombes Pol Driyano Andri Ibrahim di Ambon, Minggu kemarin.
Pascabentrokan antarpemuda di kawasan Air Besar, Desa Batumerah, Kecamatan Sirimau (Kota Ambon) pada Kamis, (28/3) dinihari sekitar pukul 01:05 WIT, Polresta Ambon mendatangi keluarga Nahdi Toisuta yang merupakan ayah kandung korban pada Sabtu (30/3) serta ketua RT setempat Saiful Ishak.
"Atas nama institusi, kami meminta maaf dan dalam kesempatan ini juga polisi mengimbau agar masyarakat jangan mengulangi lagi kejadian bentrok karena akan merugikan banyak pihak dan dapat mengganggu stabilitas keamanan di kota Ambon," ucap Kapolresta.
Usai pertemuan bersama pihak keluarga Nahdi Toisuta, anak yang terdampak gas air mata langsung dibawa ke Rumah Sakit (RS) Bhayangkara di kawasan Tantui, Kota Ambon untuk pemeriksaan secara intensif.
Kabid Dokes Polda Maluku Kombes Pol Bambang Prasetya mengaku akan memeriksa secara intens dan semua biaya ditanggung RS Bhayangkara.
Menurut Driyano lagi, langkah polisi dalam menangani bentrok massa di Air Besar dengan menembakkan gas air mata sudah sesuai prosedur untuk tujuan menghalau, mencegah, dan membubarkan massa yang bertikai.
"Kalau pun ada sedikit dampak ke masyarakat bukanlah kesengajaan, sebab tidak ada niat Polri untuk melukai atau menyakiti masyarakat," tegas Kapolresta.
Bila ada yang terkena dampak, maka Bidang kedokteran dan kesehatan Polri akan menanganinya.
Sementara Nahdi Toisuta selaku ayah kandung bayi mengapresiasi langkah cepat polisi menangani kasus ini. "Terima kasih kepada pihak Polresta Ambon yang sudah menyempatkan waktu untuk melihat langsung kondisi anak saya yang memang kemarin sempat terpapar gas air mata saat kejadian bentrok massa di dekat sini," kata Nahdi.
Dia juga mengusulkan, ke depan ada tindakan-tindakan kepolisian secara persuasif lainnya selain tembakan gas air mata, karena bisa saja di pemukiman padat penduduk terkena dampaknya, seperti lansia dan balita.