ERA.id - Pada Senin (14/10) lalu, sebuah akun Facebook Kodo Guang mengunggah video yang memperlihatkan beberapa masyarakat adat Bali menjalani upacara adat keagamaan saat malam hari.
Tak lama sinar dan dentuman ledakan kembang api dari diskotik dekat tempat peribadahan itu langsung mengusik warga yang beribadah. Unggahan ini pun viral di media sosial.
Polda Bali menanggapi polemik ini. Katanya, itu terjadi di sebuah Beach Club di Pantai Berawa, Desa Tibubeneng, Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali.
Saat itu warga Banjar Tegal Gundul, Desa Tibubeneng menggelar ritual persembahyangan atau upacara adat di areal pantai tersebut.
Kabid Humas Polda Bali, Kombes Pol. Jansen Avitus Panjaitan mengaku sudah menelusuri kebenaran video itu. Kata Jansen ada miskomunikasi antara pihak diskotik dan masyarakat adat.
Jansen bilang menyalakan kembang api merupakan rutinitas harian di diskotik itu. "Kembang api itu rutin tiap hari. Dipastikan izinnya lengkap, mungkin pada saat kejadian, mungkin ada miskomunikasi tidak tahu ada kegiatan keagamaan," katanya, Rabu kemarin.
Jansen tidak menjelaskan secara detail terkait perizinan tersebut, namun kata dia, biasanya, penyalaan kembang api di diskotik itu disesuaikan dengan kegiatan masyarakat di sekitar pantai apalagi jika ada upacara adat.
Biasanya jika ada upacara keagamaan, kata Jansen, manajemen Beach Club menunda penyalaan kembang api dari pukul 18.00-20.00 Wita.
Jansen mengatakan terkait hal itu, manajemen Beach Club dan masyarakat adat telah bertemu dan sepakat untuk mengakhiri polemik tersebut.
"Kita sudah memediasi pemilik Beach Club dan masyarakat yang melakukan upacara tersebut. Sampai sekarang nggak ada masalah," katanya.
Sampai di situ persoalannya? Tidak, mediasi lalu diprotes oleh masyarakat setempat maupun para tokoh Bali. "Ada yang protes karena mereka lagi berkegiatan ada bunyi kembang api dan terganggu. Sejauh ini di lokasi tidak ada masalah, sudah saling menerima," katanya menjawab pertanyaan alasan dilakukan mediasi oleh Polres Badung.
Jansen memastikan penyalaan kembang api ke depannya akan tetap berjalan karena sudah menjadi rutinitas. "Kita berharap tidak ada lagi miskomunikasi seperti itu lagi sama-sama saling mengingatkan," katanya.