ERA.id - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengingatkan, pemberantasan korupsi bisa berhasil karena contoh pimpinan. Hal itu disampaikannya saat Jambore Nasional Komunitas Penyuluh Antikorupsi Seluruh Indonesia.
“Kalau top leader tidak firm, tidak tegas di bawah akan goyah. Tapi kalau atasannya firm insyaallah yang bawah pasti mau,” ujarnya, di area Plasa Kandri, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang.
Ganjar mengatakan, membangun budaya antikorupsi di Jateng bermula dari contoh sederhana. Selain itu, regulasi juga menjadi sarana pengereman budaya koruptif.
Ia mencontohkan, perilaku antikorupsi di Jateng dengan meniadakan setor pimpinan. Itu dilakukan Ganjar sejak pertama kali menjabat gubernur.
“Saya blak-blakan ngomong ke OPD saya, stop minta setoran, stop minta komisi, stop gratifikasi. Kalau tetap mau jalan, jangan konangan saya. Kalau ketahuan saya pecat. Kemudian mulai berubah. Nah itu saya lakukan dulu, baru kemudian ada (perubahan budaya),” paparnya, dalam kegiatan yang dihadiri pula Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi itu.
Terkait jambore penyuluh antikorupsi, Ganjar menyambut positif. Ia berharap ada tukar menukar pengalaman dan kiat pencegahan korupsi.
Deputi bidang Pendidikan dan Peran Masyarakat KPK Wawan Wardiana mengatakan, saat ini Komisi Pemberantasan Korupsi menjalankan strategi trisula. Yakni, penanaman nilai integritas melalui pendidikan, pencegahan, dan penindakan.
“Strategi ini akan dilakukan serentak dan simultan. Hari ini adalah upaya bersama implementasikan pendidikan antikorupsi. Penyuluh antikorupsi adalah bentuk peran serta masyarakat untuk mencegah korupsi,” tutup Wawan.
Sebagai informasi, Jambore Nasional Komunitas Penyuluh Antikorupsi Seluruh Indonesia dan Ahli Pembangun Integritas, dihelat di kawasan Kandri, Gunungpati, Kota Semarang. Ajang yang digelar Jumat (20/5/2022)-Minggu (22/5/2022) ini diikuti 140 penyuluh dari seluruh Indonesia.
Selain ajang sharing bagi para penyuluh, acara ini juga menjaring keikutsertaan siswa-siswi SMP dan SMA dalam memahami nilai integritas.