Tim Editor
ERA.id - Film Kalian Pantas Mati merupakan adaptasi dari film Morning Grave yang sukses di Korea Selatan di tahun 2014 lalu. Selain horor, film ini juga mengangkat tema bullying dan romantis.
Emir Mahira dan Zee JKT48 menjadi bintang film utama. Rupanya, film ini menjadi comeback Emir pasca vakum lama karena fokus pendidikan di luar negeri.
Penasaran fakta-fakta apa saja dari film Kalian Pantas Mati? berikut fakta Kalian Pantas Mati melalui press conference saat ditemui di XXI Plaza Indonesia, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat pada Rabu (24/8/2022).
1. Diadaptasi film Korea Morning Grave
Film Kalian Pantas Mati diadaptasi dari film Korea Morning Grave yang sukses di Korea Selatan pada 2014 silam.
"Film official ketiga kali ini bikin horor pantas nati kita diadaptasi dari Korea Morning Grave. Partner terjadi ada kerjasama Korea. Dengan maraknya K-Pop, Indonesia dengan budaya Korea," ujar Andi Boediman, Produser Eksekutif Ideosource Entertainment.
"Kita buat konten-konten budaya Korea jadi baik. Kita putuskan ada adaptasi kolaborasi Indonesia dan Korea," lanjutnya.
2. Zee JKT pertama kali beradu akting dengan lawan jenis
Rupanya, Zee JKT48 memiliki pengalaman unik di film Kalian Pantas Mati. Zee baru pertama kali menjadi pemeran utama dan beradu akting dengan lawan jenis.
"Dia awal enggak bisa lihat tatap mata aku karena enggak pernah main lawan main. Mungkin awalnya enggak nyaman karena backgroundnya beda. Menurut aku ada feel something," kata Emir Mahira.
3. Bertema hantu di sekolah
Film Kalian Pantas Mati mengangkat tema hantu di sekolah. Film ini sangat berbeda dibanding film-film horor Indonesia lainnya.
"Film aslinya menampilkan tema hantu di sekolah, cocok dengan profil penonton muda Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan populasi remaja yang besar dan menyukai film horor. Kami memutuskan untuk membuat ulang cerita hantu Korea menjadi film Indonesia," jelas Jeff Lim, Produser Eksekutif Newko Global Entertainment.
4. Angkat tema bullying
Film Kalian Pantas Mati mengangkat tema bully yang saat ini jadi tantangan para remaja. Selain horor dan bullying, film ini ada sisi romantis.
"Ini film adapatasi dari Korea, kita masih mengangkat bully ada engagement dengan budaya kita juga. Ada beberapa treatment yang berbeda dengan budaya aslinya. Kita buat suatu baru. Bukan film horor, tapi ada romance. Satu hantu satu manusia. Mereka berdua menemukan sebuah koneksi cukup kuat," lanjutnya.
