Begini Cara Memutus Rantai Kebiasaan Merokok Dikalangan Generasi Z

| 14 Sep 2022 21:51
Begini Cara Memutus Rantai Kebiasaan Merokok Dikalangan Generasi Z
Ilustrasi rokok (Foto: Pexels/Iriana Iriser)

ERA.id - Prevalensi merokok Indonesia terus meningkat, terutama di kalangan generasi Z alias gen Z. Hal ini tentu saja mengkhawatirkan mengingat kandungan dalam rokok terbukti berbahaya bagi tubuh, seperti kandungan amonia, tar, arsenik, nikotin hingga karbon monoksida.

Bila seseorang merokok, itu artinya ia akan mudah kecanduan dan berisiko alami gangguan kesehatan dalam jangka waktu panjang. Tak hanya diri sendiri, risiko merokok juga menyasar pada perokok pasif.

"Siapa sih yang menjadi ujung tombak membuat kita maju adalah generasi z itu 270,20 persen sekarang," ujar Faisal Basri, Ekonom UI melalui acara Webinar KBR dengan tema 'Ekonom Bicara Cukai Rokok: Menentukan Tarif dan Struktur Cukai Rokok Optimal di Indonesia' pada Rabu (14/9).

"Nah, betapa pentingnya mereka hidup matinya bangsa ini bergantung pada mereka. Oleh karena itu mereka dipastikan insan paripurna, produktif, sehat lahir dan batin," lanjutnya.

Ruang diskusi (Foto: Dok. KBR Prime)
Ruang diskusi (Foto: Dok. KBR Prime)

Maka dari itu, Faisal membeberkan cara efektif memutus kebiasaan merokok. Ia menyarankan perokok sebaiknya memulai dari mengendalikan dan diusahakan jangan sampai kecanduan. Selain itu, produksi, penjualan hingga iklan juga harus dikendalikan.

"Ini yang disasar pabrik rokok. Sebenernya pabrik rokok ini musuh. Karena kan rokok ini barang buruk. Jadi, rokok zat adiktif bikin kecanduan. Oleh karena itu, bukan dilarang, tetapi dikendalikan. Baik produksi, konsumsi, penjualannya, iklannya, dan sebagainya. Tidak bisa promosi seenaknya," jelasnya.

"Siapa bilang 0,73 persen itu kecil. Tetapi, menghasilkan dampak yang luar biasa. Jadi, secara tidak langsung, manfaat sosialnya lebih kecil daripada mudarat sosialnya. Bukan melarang rokok, tetapi mengendalikan," lanjutnya.

Selain itu, Faisal Basri mengatakan rokok menjadi penyumbang terbesar kedua garis kemiskinan di Indonesia sejak masa lalu hingga sekarang. Dipedasaan, sumbangan rokok sebesar 11,63 persen terhadap garis kemiskinan, setelah beras sebanyak 23,04 persen.

"Orang miskin itu ditentukan dari garis. Dia belanja minumum berapa supaya tak bisa dikatakan miskin. Beras 23,04 persen, rokok 11,63 persen. Harus diperangi, orang miskin tidak mengeluarkan uang banyak untuk rokok," jelasnya.

"Masa rokok lebih penting dari daging, ayam, telur, mie instan, roti, tahu, tempe, bawang. Jadi bisa dibayangkan, rokok 6-7 kali lipat pengeluarannya daripada tahu tempe, kan ini enggak benar," lanjutnya.

Rekomendasi