Kenali Faktor Risikonya, Inilah 4 Gejala Awal Kanker Ovarium yang Jarang Disadari pada Wanita

| 28 May 2023 16:43
Kenali Faktor Risikonya, Inilah 4 Gejala Awal Kanker Ovarium yang Jarang Disadari pada Wanita
Ilustrasi perempuan (Foto: Pexels/Polina Zimmerman)

ERA.id - Kanker ovarium adalah penyakit yang bisa diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Oleh karena itu, penting untuk mengenali kanker ovarium pada stadium awal untuk memperoleh harapan hidup yang lebih panjang dan kualitas hidup yang lebih baik.

Data Globocan tahun 2020 menunjukkan bahwa kanker ovarium menduduki peringkat ketiga sebagai kanker paling mematikan di kalangan perempuan di Indonesia, dengan jumlah kasus mencapai 14.896 dan menyebabkan 9.581 kematian pada perempuan.

Kanker ovarium menyerang jaringan indung telur atau ovarium. Oleh karena itu siapa pun yang terlahir dengan indung telur dapat menderita kanker ovarium. Menurut The Global Burden of Cancer Study (Globocan) 2020, kanker ovarium merupakan kanker paling mematikan peringkat ketiga di antara perempuan di Indonesia, dengan total kasus mencapai 14.896 dan menyebabkan kematian pada 9.581 perempuan.

dr. Theresia Sandra Diah Ratih, MHA, Ketua Tim Kerja Penyakit Kanker dan Kelainan Darah P2PTM, Kementerian Kesehatan RI, menjelaskan setiap tahunnya, kanker ovarium menyerang puluhan ribu perempuan dan merenggut ribuan nyawa. 

"Jumlah penderita kanker di Indonesia terus meningkat dan diperkirakan akan menjadi penyebab utama meningkatnya beban ekonomi, baik bagi individu pasien, keluarga, maupun negara," ucap dr. Theresia Sandra, dari keterangan resmi AstraZeneca Indonesia.

"Untuk mengendalikan penyakit kanker, Kementerian Kesehatan RI telah melakukan upaya pendekatan pengendalian faktor risiko dan deteksi dini yang tertuang dalam Rencana Aksi Nasional (RAN) pengendalian kanker tahun 2020 - 2024," lanjutnya.

dr. Toto Imam Soeparmono, SpOG, K.Onk, MH, Dokter Spesialis Ginekologi Onkologi, mengatakan kanker ovarium dapat diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, terutama jika ada anggota keluarga yang pernah menderita kanker ovarium atau kanker lainnya seperti kanker payudara, prostat, kolorektal, maupun kanker rahim. 

"Penyakit ini menjadi tantangan terbesar bagi para ahli onkologi ginekologi karena tidak menunjukkan gejala yang spesifik pada stadium awal, melainkan baru menunjukkan gejala pada stadium lanjut di mana sel kanker telah menyebar ke organ lain," kata dr. Toto.

"Namun demikian, para perempuan dianjurkan untuk mendeteksi kanker ovarium sejak dini dengan mengenali faktor risiko dan gejala awalnya. Selain itu, penting bagi individu yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker ovarium atau payudara untuk melakukan pemeriksaan genetik," lanjutnya.

Terdapat enam faktor risiko dan empat pertanda penyakit. Yang termasuk dalam enam faktor risiko adalah: 

1. Memiliki riwayat kista endometriosis, 

2. Memiliki riwayat kanker ovarium dan/atau kanker payudara dalam keluarga,

3. Mutasi genetik (misalnya BRCA), 

4. Paritas rendah,

5. Gaya hidup yang buruk,

6. Penuaan. 

Sementara itu, empat pertanda kanker ovarium adalah:

1. Kembung,

2. Nafsu makan berkurang,

3. Sering buang air kecil,

4. Nyeri panggul atau perut

Hanya 20% dari pasien kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium awal, dan 94% di antaranya berhasil mencapai harapan hidup lebih dari lima tahun7, oleh karena itu pasien yang didiagnosis dengan kanker ovarium harus mendapatkan penanganan segera. 

Perawatan dan pengobatan yang tepat memberikan peluang keberhasilan yang tinggi pada kanker ovarium stadium awal saat penyakit masih terbatas pada organ ovarium. Ketika seorang pasien didiagnosis menderita kanker ovarium, sangat penting bagi mereka untuk berkonsultasi dengan spesialis medis dan mematuhi pengobatan. Saat ini, terapi yang paling umum untuk kanker ovarium adalah operasi dan kemoterapi.

Dalam pengobatan kanker, kepatuhan menjadi hal utama dalam proses pemulihan yang perlu dilakukan secara konsisten. Apt. Yovita Diane Titisari, M.Sc, Apoteker Klinis, mengatakan penting bagi pasien kanker ovarium untuk patuh dalam menjalani pengobatan dan mengikuti instruksi dokter agar penyakit tidak semakin parah dan kambuh lagi. 

"Pasien yang patuh dalam menjalani terapi menunjukkan kualitas hidup yang baik, sedangkan pasien yang tidak patuh menunjukkan hal yang sebaliknya. Banyak faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien, salah satunya adalah komunikasi yang baik antara pasien dan penyedia layanan kesehatan, serta dukungan dari keluarga atau care giver. Para tenaga kesehatan seperti kami selalu berusaha memberikan dukungan agar pasien merasa lebih optimis untuk sembuh," kata Apt. Yovita Diane Titisari.

Pasien kanker ovarium juga membutuhkan dukungan emosional yang dapat mendorong mereka untuk lebih patuh pada jadwal pengobatan sesuai program. Peran aktif dan kreatif komunitas dalam rangkaian pencegahan, diagnosis serta proses pengobatan sangatlah penting. Seperti yang dijelaskan oleh Aryanthi Baramuli Putri, SH., MH, sebagai Ketua Umum CISC.

"Tahap awal ketika seseorang mendapatkan diagnosis kanker ovarium tentulah mengalami gelisah, galau, sedih sampai terasa hidup ini segera akan berakhir, sehingga dukungan emosional sangat dibutuhkan supaya pasien dapat mengatasi gangguan psikologis dengan cepat," ujar Aryanthi. 

"CISC, yang telah berdiri sejak tahun 2003, merupakan salah satu wadah informasi dan dukungan bagi para pasien dan keluarganya. Semoga melalui edukasi ini, semakin banyak perempuan yang tergerak hatinya mau melakukan pencegahan. Jika ada pasien yang mendapat diagnosis kanker ovarium, kami CISC siap memberikan dukungan agar pasien kanker ovarium di Indonesia dapat menjalani pengobatan yang bermutu dan tepat waktu," lanjutnya.

"Memperoleh kualitas hidup yang lebih baik, pengobatan kanker ovarium membutuhkan tindakan dan penanganan medis sejak dini." tambah dr. Feddy, Medical Director AstraZeneca Indonesia.

Rekomendasi