ERA.id - Penggunaan antibiotik harus dilakukan sesuai resep dokter karena ini termasuk obat keras. Hal yang dikhawatirkan dari penggunaan yang salah adalah resistensi antibiotik dan kelebihan obat antibiotik menjadi salah satu penyebabnya.
Perlu diketahui, obat antibiotik bukanlah obat untuk mematikan virus atau jamur. Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba, Mariyatul Qibtiyah, dalam Temu Blogger yang dilaksanakan Kemenkes RI.
“Antibiotik adalah obat untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan bakteri penyebab infeksi. Bukan mematikan virus atau jamur,” terang Mariyatul, dikutip Era.id dari situs web resmi Kemenkes.
Salah satu yang jadi sorotan adalah meminum antibiotik, padahal sakit ringan, seperti batik, pilek, dan diare. Mariyatul menjelaskan, batuk dan pilek bukan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, melainkan virus.
“Batuk pilek merupakan cara tubuh untuk melindungi paru-paru dari penumpukan lendir,” jelasnya.
Sementara, lanjut Mariyatul, muntah dan diare merupakan cara tubuh dalam membuang zat-zat beracun yang ada di perut. Dia juga menekankan bahwa penggunaan antibiotik mesti sesuai resep dokter. Jika hal tersebut tidak dilakukan, resistensi bakteri akan terjadi dan bisa menyebabkan masalah kesehatan lebih parah.
Kelebihan Obat Antibiotik dan Resistensi Antibiotik
Perilaku yang salah dalam penggunaan obat antibiotik masih jamak terjadi, padahal hal tersebut bisa memicu terjadinya resistensi antibiotik. Salah satu hal yang memicu terjadinya kesalahan tersebut adalah anggapan bahwa antibiotik merupakan obat bagi semua jenis penyakit.
Penggunaan antibiotik harus dilakukan dengan tepat, tidak kurang tidak lebih. Dilansir situs web resmi Dinkes Kalbar, salah satu penyebab dari terjadinya resistensi antibiotik adalah pemberian resep antibiotik oleh tenaga kesehatan secara berlebihan.
Antibiotik mesti digunakan sesuai masa terapi dan sensitivitas bakteri terhadap antibiotik. Hal tersebut demi mencegah terjadinya resistensi antibiotik, yaitu kondisi ketika reaksi bakteri terhadap antibiotik tidak seperti seharusnya sehingga antibiotik sudah tidak mampu membunuh bakteri.
Penyebabnya bisa karena pengobatan yang tidak tuntas. Penyebab lain, seperti telah disampaikan sebelumnya, karena berlebihan dalam penggunaan antibiotik sehingga bakteri punya kesempatan untuk mengenali antibiotik tersebut kemudian membentuk perlindungan khusus untuk melawan antibiotik.
WHO menjelaskan, penyebab resistensi bakteri adalah bakteri kebal terhadap antibiotik yang awalnya efektif untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri tersebut.
Ada beberapa hal yang bisa ditimbulkan dari resistensi antibiotik. Berikut adalah rinciannya.
· Pasien lebih lama sembuh sehingga meningkatkan biaya perawatan.
· Peningkatan penggunaan antibiotik dan obat lain.
· Tubuh menjadi lebih sering sakit sehingga produktivitas menurun.
Dampaknya juga bisa menjadi lebih buruk bagi kesehatan. Berdasarkan data WHO tahun 2013, angka kematian akibat resistensi bakteri mencapai 700 ribu orang per tahun. Hal tersebut harus bisa dikendalikan, jika tidak maka angka kematian per tahun akibat resistensi antibiotik bisa meningkat.