ERA.id - Aritmia merupakan gangguan irama jantung yang dapat berdenyut terlalu cepat dan lambat, atau tidak teratur. Penyakit ini bisa berakibat fatal seperti menyebabkan stroke atau gagal jantung yang membuat kematian mendadak.
Ketua Perhimpinan Aritmia Indonesia (PERTIMI), dr. Suni Budhi Raharjo, Sp. JP (K), PhD menjelaskan mengenai gejala yang sering terjadi pada pasien aritmia, salah satunya adalah pusing.
"Pusing saja bisa merupakan gejala aritmia," kata Dokter Sunu saat konferensi pers Satu Dekade InaHRS: An Overview and Outlook di RSJPD Harapan Kita, pada Selasa (29/8/2023).
Selain pusing, Dokter Sunu mengatakan bahwa pingsan juga merupakan gejala dari aritmia. Jantung yang sering berdebar tidak normal merupakan gejala aritmia yang bisa menyebabkan kematian mendadak.
"Kemudian pingsan menjadi gejala penyebab aritmia. Paling sering juga berdebar dan yang paling ditakutkan aritmia menyebabkan henti jantung," jelasnya.
Dalam kondisi tersebut, bantuan hidup dasar menjadi pertolongan utama bagi pasien. Ini dilakukan sebagai upaya awal untuk mengembalikan fungsi pernapasan atau sirkulasi.
"Masalahnya henti jantung sering tidak bisa diprediksi sehingga terapi yang bisa membantu seseorang untuk bertahan menjadi sangat penting," tuturnya.
Jika sudah terkena, penanganan aritmia yang dapat dilakukan dengan tindakan kateter ablasi. Ini merupakan tindakan menggunakan kateter yang dimasukkan melalui pembuluh darah ke jantung, agar detak jantung normal.
Penanganan aritmia dengan obat-obatan bisa dilakukan, tetapi hanya meredam kemunculannya dan tidak menyembuhkan. Pengobatan lainnya yang bisa dilakukan adalah pemasangan alat Implantable Cadioverter Defibrillator (ICD), untuk mencegah kematian jantung mendadak.
Fungsi ICD ini pada dasarnya untuk mengembalikan fungsi jantung secara normal, dengan cara memberikan kejut listrik. ICD berukuran kecil yang ditanam di dalam dada untuk mengembalikan irama jantung yang tidak normal.
Sementara itu, perlu diketahui bahwa aritmia merupakan penyakit yang bisa diderita oleh siapa pun dengan usia berapa saja. Faktor yang dapat meningkatkan seseorang terkena penyakit ini adalah usia, penggunaan narkoba atau zat tertentu, konsumsi alkohol berlebih, merokok, hingga konsumsi kafein berlebihan.