ERA.id - Pandemic fatigue adalah kondisi yang telah merasuki banyak aspek kehidupan manusia sejak pandemi COVID-19 pertama kali muncul. Untuk itu mari mengenal pandemic fatigue lebih dalam.
Dari pembatasan sosial hingga perubahan dalam rutinitas sehari-hari, pandemi telah memberikan dampak psikologis yang signifikan pada masyarakat di seluruh dunia.
Artikel ini akan membahas lebih lanjut tentang apa yang dimaksud dengan pandemic fatigue, gejalanya, dan bagaimana menghadapinya.
Mengenal Pandemic Fatigue
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah mendefinisikan pandemic fatigue sebagai kelelahan akibat pandemi, ketika seseorang "merasa kurang termotivasi untuk mengikuti perilaku yang direkomendasikan untuk melindungi diri sendiri dan orang lain dari virus."
Dilansir dari laman Lee Health, tanda-tanda kelelahan akibat pandemi dapat mencakup berbagai hal berikut:
- Mengabaikan pedoman kesehatan masyarakat untuk melakukan vaksinasi.
- Mengabaikan pedoman keselamatan, seperti penggunaan masker, mencuci tangan, menjaga etika kebersihan yang benar, dan menjaga jarak sosial.
- Kehilangan minat untuk tetap terinformasi tentang pandemi.
- Memiliki persepsi risiko yang lebih rendah terkait COVID-19.
- Merasa putus asa tentang masa depan.
- Mengonsumsi lebih banyak alkohol/makanan/zat berbahaya dibandingkan sebelumnya.
- Mengabaikan stres.
Sebagai respons terhadap semua stres ini, secara wajar, orang mulai "tune out" atau "menonaktifkan diri," yang menjadi suatu perilaku yang dijelaskan sebagai kelelahan akibat pandemi.
"Mengabaikan ini mirip dengan penyangkalan, yang merupakan respons umum terhadap duka. Ini adalah pertahanan yang dirancang untuk mengurangi tekanan psikologis sehingga kita dapat terus beroperasi meskipun menghadapi stres yang luar biasa," ungkap Psikoterapis David Contos dari Lee Health Community.
Ia menyatakan bahwa "menonaktifkan diri" muncul dalam bentuk pertanyaan seperti, "Mengapa saya harus khawatir tentang infeksi? Mengapa saya harus terus mencuci tangan? Mengapa saya harus menjaga jarak sosial?"
Untuk itu, Contos menyarankan untuk menemukan titik tengah dalam berpikir dan berperilaku yang akan mencegah seseorang mencapai pola pikir yang penuh keputusasaan.
Penanganan Pandemic Fatigue
Membuat rencana tindakan, berbicara dengan seorang terapis, berinteraksi dengan teman-teman dengan aman, dan meluangkan waktu untuk meditasi dapat membantu kita meningkatkan motivasi dan daya tahan.
Contos juga menyarankan untuk mengidentifikasikan emosi pribadi dalam kehidupan sehari-hari Anda.
Contos mencatat, "Emosi kita seringkali mengendalikan kita. Itu bukan masalah jika kita sadar akan emosi kita. Masalahnya baru muncul ketika Anda mulai mengabaikan motivator alami yang kadang tersembunyi dari diri, sehingga Anda pada akhirnya menjauh dari hal-hal yang paling penting."
Salah satu pendekatan untuk mengungkap dan mengidentifikasi emosi kita adalah dengan mencari "daftar emosi" harian Anda dan berlatih untuk mendeskripsikan emosi-emosi tersebut.
Kemudian Contos juga menekankan hal yang paling penting adalah mengakui bahwa Anda adalah manusia yang tidak berdaya, kesal, merasa tidak dihargai, putus asa, atau lelah. Pengakuan tersebut akan meningkatkan kemampuan Anda untuk merespons emosi Anda daripada bereaksi berlebih terhadapnya.
"Dengan berhenti sejenak untuk mengidentifikasi dan memberi nama pada emosi tertentu, Anda dapat menciptakan jarak dari perasaan tersebut," katanya. "Jarak ini memungkinkan Anda untuk mengevaluasi perasaan tersebut dan menemukan cara untuk mengatasinya, seperti meditasi atau latihan pernapasan."
Selain mengenal pandemic fatigue, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…