ERA.id - Istilah compassion fatigue mungkin masih menjadi istilah yang asing di telinga banyak orang. Namun, hal ini sebenarnya dapat dirasakan oleh siapa pun. Lantas apa itu compassion fatigue? Simak penjelasannya di bawah ini.
Compassion fatigue pada umumnya dikaitkan dengan rasa empati. Sedangkan dalam dunia kerja, kemampuan empati ini sangat dibutuhkan oleh bidang pelayanan publik.
Oleh sebab itu, pekerjaan jenis ini lebih rentan mengalami compassion fatigue.
Menurut Canadian Medical Association, compassion fatigue dapat menimbulkan kelelahan yang berlebihan dan produktivitas menjadi berkurang. Sehingga, hal ini tentu berpotensi mengganggu pekerjaan dan keseharian.
Apa Itu Compassion Fatigue?
Compassion fatigue merupakan kelelahan yang diakibatkan karena rasa empati atau keinginan untuk membantu kesusahan orang lain yang terlalu berlebihan.
Menurut WebMD, compassion fatigue merupakan dampak fisik, emosional, psikologis yang terjadi setelah membantu kesulitan, stres, atau trauma yang dialami oleh orang lain.
Oleh sebab itu, tidak jarang juga orang menyebut hal ini dengan istilah secondary trauma atau trauma sekunder.
Dengan demikian, orang yang rentan terdampak compassion fatigue merupakan pekerjaan pelayanan publik. Pekerjaan yang rentan tersebut misalnya dokter, perawat, sukarelawan bencana, terapis, dan pengacara yang berempati secara berlebihan oleh pengalaman pasien atau klien mereka.
Selain itu, dilansir Pyschology Today, informasi buruk dari berita ataupun media sosial yang mengundang empati, menjadikan banyak orang semakin rentan mengalami compassion fatigue.
Secara sekilas, compassion fatigue bisa jadi serupa dengan burnout yang juga berupa kelelahan yang terus terkumpul. Namun, sebenarnya kedua hal tersebut mempunyai perbedaan.
Compassion fatigue disebutkan dapat terjadi tanpa dapat diprediksi atau datang secara tiba-tiba. Namun, jika hal itu terjadi, dapat langsung ditangani.
Sementara itu, burnout merupakan hal yang bertumpuk secara bertahap dan semakin memburuk, sehingga efeknya akan lebih bisa dirasakan.
Selain menimbulkan kelelahan dan kurang produktivitas, compassion fatigue juga dapat mengakibatkan hilangnya kemampuan empati seseorang.
Dengan demikian, sangat penting bagi para profesional untuk dapat memahami kapasitas emosional dan empati masing-masing agar tidak merasa lelah dan segera dapat segera ditangani.
Apa Saja Gejala Compassion Fatigue?
Menurut WebMD, di bawah ini adalah beberapa gejala yang dirasakan saat Anda mengalami compassion fatigue:
Mood swing
Salah satu gejala dari compassion fatigue yaitu mood swing atau perubahan emosi yang sangat sering terjadi secara intens. Contohnya, saat Anda sedang merasa senang, secara tiba-tiba Anda merasa jengkel dan mudah marah.
Insomnia
Kelelahan emosional dari compassion fatigue dapat mengganggu pikiran dan tubuh, sehingga Anda akan merasa kesulitan saat tidur. Hal ini tentunya akan berdampak pada fisik yang menjadi kurang fit, tidak mampu berkonsentrasi, dan daya ingat yang berkurang. Alhasil, produktivitas kerja menjadi berkurang.
Kerap menyendiri
Gejala yang juga sering muncul yaitu perasaan ingin menyendiri dan tidak ingin menjalin dengan orang lain seperti teman ataupun pasangan. Selain itu, secara emosional, Anda juga menjadi kurang peka dengan kehidupan pribadi dan juga dengan orang di sekitar Anda.
Gejala fisik lain
Selain insomnia, terdapat beberapa gejala fisik lain yang dapat dialami, seperti:
- sakit kepala
- berkurangnya berat badan
- rasa lelah yang berlebihan
- perubahan pola makan
- masalah pencernaan
- cemas berlebih
Demikianlah ulasan terkait apa itu compassion fatigue, agar tidak mengalami hal tersebut, Anda disarankan untuk menjaga batasan dalam berpikir dan merasakan apa yang dialami oleh orang lain. Semoga bermanfaat.
Ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Kalo kamu mau tahu informasi menarik lainnya, jangan ketinggalan pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…