ERA.id - Baru-baru ini tren diet telur rebus sedang ramai diperbincangkan. Diyakini oleh sebagian orang menjadi cara efektif menurunkan berat badan dalam cepat, mari mengenal diet telur rebus lebih mendalam.
Diet ini memanfaatkan telur rebus sebagai sumber protein utama dan menggabungkannya dengan sayur, buah, dan sumber protein hewani lainnya. Melalui artikel ini akan diulas tentang diet telur rebus dan risiko serta efek sampingnya.
Mengenal diet telur rebus
Dilansir dari laman Every Day Health, diet telur rebus berfokus pada telur, terutama telur rebus matang. Anda diharuskan makan minimal dua hingga tiga telur per hari. Lantas, mengapa seseorang ingin diet dengan cara ini?
Perlu diketahui, diet ini didukung dari sejumlah selebriti seperti Nicole Kidman yang kabarnya pernah menggunakan diet telur ini. Kemudian ada Charles Saatchi, mantan suami koki Nigella Lawson dan pendiri biro iklan Saatchi & Saatchi, juga pernah menjalani diet telur rebus.
Terdapat beberapa versi diet telur rebus, di antaranya sarapan setidaknya dua telur dan satu potong buah (sayuran rendah karbohidrat atau protein opsional). Kemudian makan siang atau makan malam telur atau protein tanpa lemak dengan sayuran rendah karbohidrat.
Apakah diet telur rebus aman?
Diet telur rebus, diberi skor oleh Healthline 1,33 dari 5. Meskipun diet telur rebus menjadi tren yang menjanjikan menurunkan berat badan dengan cepat, namun kepercayaan tersebut tidak didukung oleh sains. Diet ini sangat terbatas, sulit diikuti, dan umumnya tidak efektif.
Diet telur rebus sebagian besar terdiri dari konsumsi makanan rendah kalori seperti telur, sayuran non-pati, dan buah rendah karbohidrat.
Oleh karena itu, mengikuti diet ini kemungkinan akan menghasilkan defisit kalori, yang berarti Anda akan mengonsumsi lebih sedikit kalori daripada yang Anda bakar sepanjang hari.
Healthline menyebutkan jika defisit kalori adalah salah satu dari banyak faktor yang dapat berperan dalam manajemen berat badan. Diet telur rebus juga rendah karbohidrat juga dapat meningkatkan upaya penurunan berat badan.
Faktanya, berdasarkan tinjauan dari 12 studi menemukan bahwa mengikuti diet rendah karbohidrat dalam jangka pendek secara signifikan meningkatkan penurunan berat badan dan memperbaiki beberapa faktor risiko penyakit jantung lainnya, seperti tekanan darah.
Selain itu, sebuah studi terhadap 164 orang dengan kelebihan berat badan atau obesitas menemukan bahwa mengikuti diet rendah karbohidrat selama 20 minggu secara signifikan dapat meningkatkan metabolisme dan menurunkan kadar hormon lapar ghrelin, dibandingkan dengan diet tinggi karbohidrat.
Meskipun demikian, penelitian terkait efek diet rendah karbohidrat tidak konsisten. Juga tidak jelas apakah penurunan berat badan potensial atau manfaat kesehatan dari diet rendah karbohidrat bertahan lama.
Perlu diingat bahwa meskipun diet tren seperti diet telur rebus dapat menyebabkan penurunan berat badan di awal, namun ada kemungkinan Anda akan mendapatkan kembali berat badan yang hilang setelah kembali ke diet biasa.
Oleh karena itu, diet telur rebus bukanlah pilihan terbaik untuk penurunan berat badan yang berkelanjutan dalam jangka panjang.
Selain mengenal diet telur rebus, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…