Bantu Penderita Diabetes, Ilmuwan Bikin Alat Tes Gula Darah yang 'Tak Memberi Rasa Sakit'

| 14 Jul 2021 12:25
Bantu Penderita Diabetes, Ilmuwan Bikin Alat Tes Gula Darah yang 'Tak Memberi Rasa Sakit'
Dr Paul Dastoor menunjukkan biosensor alat pengetesan kadar gula darah menggunakan air liur, yang dibuat peneliti dari Universitas Newcastle, Australia. (Foto: Universitas Australia)

ERA.id - Sejumlah ilmuwan Australia mengumumkan telah menciptakan alat tes kadar gula darah yang lebih nyaman dipakai oleh para penderita diabetes. Alat ini tak lagi menggunakan jarum suntik dan bisa mengecek kadar gula darah seseorang lewat sampel air liur (saliva).

Seperti diketahui, penderita diabetes perlu rutin menjaga kadar gula darah sehari-hari, yang kerap berarti seseorang harus menusukkan jarum tes dan mengambil sampel darah selama beberapa kali sehari. Sampel darah kemudian ditaruh pada alat pengecek kadar gula darah.

Tak heran bila sejumlah penderita diabetes ingin menghindari rasa tidak nyaman tertusuk jarum tes dengan mengurangi frekuensi pengecekan gula darah mereka.

Namun, sebuah tim dari Universitas Newcastle, Australia, berhasil  membuat alat tes gula darah tanpa memakai jarum tes. Alat tes ini menaruh enzim detektor glukosa (gula darah) ke  dalam transistor yang lantas bisa mendeteksi glukosa pada air liur, seperti disampaikan profesor fisika Paul Dastoor, yang memimpin tim ilmuwan tersebut, seperti dikabarkan di Al Jazeera, (13/7/2021).

Dastoor meyakini alat tes buatan timnya tidak memberi rasa sakit pada pemakai dan harganya murah. Dengan begitu, para penderita diabetes bisa lebih baik dalam menjaga kondisi kesehatan.

"Air liur Anda mengandung glukosa, dan konsentrai glukos mengikuti kadar gula dalam darah. Namun, konsentrasinya (glukosa air liur) 100 kali lebih rendah, sehingga kami perlu membuat tes yang murah, mudah diproduksi, namun memiliki kepekaan 100 kali lebih tinggi dari alat tes glukosa darah standar," sebut Dastoor, dikutip Al Jazeera.

Harga terjangkau dari alat tes terbaru ini tercapai karena material elektronik di dalam transistor - alias alat memperkuat dan pengalih sinyal elektronik - menggunakan proses cetak berbiaya murah.

"Material yang kami gunakan sangatlah menakjubkan. Material itu berjenis tinta elektronik yang bisa bertindak sebagai material elektronik, namun, bedanya kami bisa mencetaknya dalam skala masif menggunakan alat cetak 'reel-to-reel', alias alat cetak yang sudah dipakai dalam percetakan koran kertas selama ini," kata Dastoor.

Penelitian ini disokong dana 6,3 juta dolar Australia atau setara Rp68,15 miliar oleh pemerintah Australia. Dana itu bisa dipakai membangun fasilitas produksi alat tes bila suatu saat alat baru ini bakal menjalani uji klinis.

Dostoor, dilansir dari Al Jazeera, juga mengatakan teknologi di alat tes kadar gula darah ini kelak bisa digunakan ke alat tes Covid-19 , alergi, hormone, hingga kanker.

Universitas Newcastle sendiri sudah bekerja sama dengan Universitas Harvard dalam membuat alat tes Covid-19 menggunakan teknologi serupa.

Rekomendasi