ERA.id - Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim akan bertemu dengan Presiden Xi Jinping dalam lawatan resminya selama empat hari di China pada 29 Maret hingga 1 April 2023.
Kementerian Luar Negeri Malaysia dalam keterangan tertulis di Putrajaya, Rabu, menyebutkan kedua pemimpin akan membahas isu-isu strategis dalam hubungan bilateral.
Pembahasan tersebut termasuk arah untuk lebih memperkuat hubungan pada masa pasca-pandemi COVID-19, dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan internasional yang penuh tantangan.
Selain bertemu Xi, Anwar yang didampingi sejumlah menteri kabinetnya juga akan bertemu dengan Ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional China Zhao Leji untuk membahas usaha memperkuat peran dan hubungan antara parlemen kedua negara.
Anwar akan bertemu dengan Perdana Menteri Republik Rakyat China (RRC) Li Qiang untuk membahas pelbagai bidang kerja sama bilateral dan pragmatik yang mencakup perdagangan dan investasi, teknologi tinggi, ekonomi digital, pendidikan tinggi, pemulihan pascapandemi dan ketahanan pangan.
Keduanya juga akan bertukar pandangan mengenai isu-isu regional dan internasional yang menjadi kepentingan bersama, selain akan menyaksikan beberapa penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dalam bidang pertanian dan perdagangan.
Anwar, menurut keterangan Kementerian Luar Negeri Malaysia, juga dijadwalkan memberikan kuliah umum di Universitas Tshinghua di Beijing.
Di Hainan, Anwar menghadiri Konferensi Tahunan Forum Boao untuk Asia (BFA) 2023 dan menyampaikan pidato pada Pembukaan Pleno bertema “Dunia yang Tidak Pasti: Solidaritas dan Kerjasama untuk Pembangunan di Tengah Tantangan”.
Dia juga akan bertemu dengan diaspora Malaysia dan pebisnis di Beijing dan Hainan.
Lawatan Anwar ini juga bertepatan dengan ulang tahun kesepuluh Kemitraan Strategis Komprehensif antara Malaysia dan China. Pencapaian signifikan itu merupakan bukti hubungan bilateral yang kuat dan langgeng antara kedua negara, berdasarkan rasa saling menghormati, kepercayaan dan kepentingan bersama.
Sejak 2009, RRC adalah rekan dagang terbesar Malaysia. Pada 2022, jumlah perdagangan kedua negara bernilai 487,13 miliar ringgit (Rp1.665,2 triliun).
Nilai perdagangan antara kedua meningkat sebesar 15,6 persen jika dibandingkan dengan 2021.