ERA.id - Polisi di Uganda menahan 11 anggota parlemen perempuan pada hari Kamis (27/4/2023) yang mereka tuduh melakukan protes yang melanggar hukum. Beberapa anggota parlemen menderita luka-luka selama penangkapan mereka.
Para anggota parlemen ditahan di luar gedung parlemen di ibu kota Kampala saat mereka bersiap untuk berbaris ke Kementerian Dalam Negeri di mana mereka bermaksud untuk menyerahkan nota protes kepada menteri.
Mereka memprotes kebrutalan polisi dan penggunaan kekuatan berlebihan untuk membubarkan berbagai fungsi yang diselenggarakan oleh anggota parlemen perempuan di daerah pemilihan lokal mereka dalam beberapa pekan terakhir.
"Saya mengutuk keras cara polisi pagi ini menangkap 11 wanita anggota parlemen yang damai dan tidak bersenjata. Ada yang berdarah dan ada yang pakaiannya sobek. Seolah-olah mereka menangkap teroris," kata wakil ketua parlemen Thomas Tayebwa di Twitter seperti dikutip dari CNA.
"Penangkapan mereka tanpa malu-malu dilakukan di gerbang Parlemen. Jadi saya tidak tahu apakah kita benar-benar aman jika orang bisa dikerahkan di gerbang parlemen hanya untuk memukuli warga yang tidak bersalah."
Video perkelahian yang beredar di media sosial menunjukkan petugas polisi berjuang untuk mendorong anggota parlemen yang semuanya berpakaian hitam ke dalam sebuah mobil van.
Juru bicara kepolisian Luke Owoyesigyire membantah bahwa petugas telah menggunakan kekuatan yang berlebihan. Ia justru menuduh anggota parlemen yang awalnya menolak penangkapan dan melukai beberapa petugas polisi.
Ia mengatakan mereka ditangkap karena terlibat dalam protes ilegal dan menambahkan bahwa mereka telah dibebaskan dengan jaminan polisi.
Selama bertahun-tahun personel keamanan Uganda sering dituduh melakukan kebrutalan terutama terhadap penentang pemimpin veteran Yoweri Museveni.