ERA.id - Banjir dan tanah longsor akibat hujan monsun telah menewaskan lima orang dan membuat sekitar 40 ribu penduduk dievakuasi di Myanmar, kata para pejabat pada Jumat (11/8/2023).
Rekaman dari negara bagian Rakhine, yang luluh lantak akibat Topan Mocha pada bulan Mei lalu, menunjukkan sebagian besar desa dan lahan pertanian terendam oleh air keruh berwarna kuning kecokelatan.
Myanmar dilanda hujan lebat setiap tahun sekitar waktu ini, tetapi tahun ini diperparah dengan kondisi cuaca ekstrem yang melanda seluruh dunia dalam beberapa pekan terakhir.
Di Bago, timur laut Yangon, beberapa warga dievakuasi lebih awal sementara yang lainnya luput karena air yang naik dengan cepat.
"Banjir terjadi setiap tahun di Bago tapi kali ini yang terparah. Biasanya, air setinggi lutut atau paha selama musim hujan," kata warga Bago Soe Min Aung kepada AFP.
"Beberapa keluarga pindah ke biara, tetapi yang lain tetap tinggal karena mereka tidak berpikir airnya terlalu tinggi. Di beberapa tempat, ketinggian air lebih tinggi dari dua kali tinggi badan saya," lanjutnya.
Lebih dari 870 orang berdesakan di biara Bago pada Jumat malam dan menerima makanan dari para biksu serta menyumbangkan perbekalan.
"Kami mengatur ruang bagi mereka untuk tinggal," kata pejabat lokal Khin Maung seperti dilansir dari CNA.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan memperkirakan sekitar 50.000 orang Myanmar telah terkena dampak hujan monsun yang deras dan naiknya sungai dan anak sungai sejak awal Agustus.
"Telah terjadi kerusakan besar pada tanaman padi monsun di (negara bagian) Mon dan Kayin," kata badan tersebut dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa ketinggian air di sungai Bago, Bilin, dan Salween sekarang surut.