ERA.id - Pemerintah China, tepatnya di wilayah Changshan, di provinsi timur Zhejiang, mengajak warganya untuk menikah di usia muda terutama wanita. Ajakan ini juga dibarengi dengan iming-iming hadiah sebesar 1.000 yuan atau sekitar Rp2 juta.
Pengumuman ini disampaikan secara resmi lewat platform WeChat akun daerah tersebut. Dalam pernyataannya, pejabat daerah itu akan memberikan hadiah Rp2 juta untuk wanita yang menikah di usia 25 tahun atau lebih muda untuk kali pertama.
"Setidaknya satu dari pria dan wanita terdaftar di Kabupaten Changshan dan kedua belah pihak adalah objek pernikahan pertama," menurut pemberitahuan tersebut, dilansir NBC News, Kamis (31/8/2023).
Lalu, dalam pernyataan itu juga disebutkan bahwa pemerintah melakukan hal ini untuk mendukung kelahiran anak yang sesuai dengan usia. Selain itu, pemerintah juga akan memberikan subsidi bantuan untuk orang tua dalam merawat anak, pendidikan, dan kesuburan.
Diketahui para pejabat di berbagai tingkat pemerintahan telah bereksperimen dengan berbagai langkah untuk meningkatkan angka kelahiran dalam menghadapi krisis demografi yang mengancam di China. Di mana populasinya menurun pada tahun lalu untuk pertama kalinya dalam enam dekade.
Salah satu langkah yang dilakukan ini termasuk penghapusan kebijakan satu anak yang berlaku sejak akhir tahun 1970-an hingga tahun 2016, yang dirancang untuk membatasi jumlah kelahiran guna mencegah pertumbuhan populasi China yang terlalu cepat. Sejak tahun 2021, pasangan diperbolehkan memiliki sebanyak tiga orang anak.
Namun upaya pemerintah gagal memberikan dampak yang diinginkan terhadap tingkat kesuburan China, yang mencapai rekor terendah 1,09 pada tahun lalu. Pusat Penelitian Kependudukan dan Pembangunan China, sebuah lembaga yang didukung pemerintah, mengatakan jumlah anak per perempuan di China adalah yang terendah di antara negara-negara dengan populasi lebih dari 100 juta jiwa.
Menurut laporan media lokal Yicai, jumlah pernikahan di China pada tahun lalu adalah yang terendah sejak tahun 1986, yaitu 6,8 juta pernikahan.
"Kaum muda sekarang mengejar kehidupan yang berpusat pada perkembangan dan kesenangan pribadi mereka, bukan kehidupan yang berpusat pada seorang anak," kata Yuan Xin, wakil presiden Asosiasi Populasi China, dikutip Firstpost.
"Jika memulai sebuah keluarga menghalangi perkembangan dan kebahagiaan mereka sendiri, mereka akan memilih untuk tidak melahirkan, atau bahkan menikah," sambungnya.
Sementara itu, kaum muda di China menilai berbagai faktor yang membuat mereka enggan menikah bahkan memiliki anak. Salah satu faktor itu adalah jam kerja yang panjang, terbatasnya pilihan penitipan anak, dan meningkatnya kekhawatiran terhadap perekonomian.
Mengenai ajakan menikah di usia muda khususnya bagi kaum wanita dengan iming-iming hadiah uang tunai, netizen China pun memberikan kritik mereka kepada pemerintah. Mereka menilai uang Rp2 juta tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pernikahan dan mengurus anak.
"Pemberlakuan langkah-langkah seperti itu hanya akan membuat orang kurang tertarik untuk menikah, dan ini juga merupakan diskriminasi. Apakah saya benar-benar membutuhkan 1.000 yuan Anda?" kata seorang netizen.
"Mengapa hanya terbatas pada perempuan di bawah 25 tahun? Mempromosikan pernikahan dini dan melahirkan dini harusnya sama bagi kedua jenis kelamin, bukan?" komentar lainnya.