ERA.id - Korea Utara mengkritik negara-negara Kelompok Tujuh (G7) sebagai 'sisa-sisa perang dingin' yang menyebabkan konflik demi kepentingan sendiri. G7 didesak untuk bubar karena menyebabkan kehancuran perdamaian dan keamanan global.
Menurut laporan KCNA, Jo Chol Su, direktur jenderal Departemen Organisasi Internasional di Kementerian Luar Negeri Pyongyang, mengecam para menteri luar negeri G7. Kecaman itu disampaikan Jo karena G7 'memfitnah' penerapan 'kedaulatan membela diri dan sah' dalam pernyataan bersama setelah pertemuan pekan lalu di Tokyo.
“G7, yang telah menyebabkan dan mengobarkan krisis internasional baru-baru ini, mengatakan ini atau itu untuk mencari kesalahan negara-negara berdaulat yang independen,” kata Jo.
Pernyataan bersama G7 menyerukan jeda kemanusiaan dalam konflik Israel-Hamas, menegaskan kembali dukungan bagi Ukraina dalam perangnya dengan Rusia, dan mengutuk uji coba rudal dan transfer senjata Korea Utara ke Rusia.
Jo menegaskan G7 sumber utama yang berbahaya yang menghancurkan perdamaian dan keamanan global.
"G7 hanyalah sumber berbahaya utama yang menghancurkan perdamaian dan keamanan global dan merupakan batu sandungan utama bagi pembentukan tatanan internasional yang adil," tegasnya.
"Kelompok ini tidak dapat mewakili komunitas internasional namun melindungi kepentingan beberapa negara," sambungnya.
Jo juga menuduh Amerika Serikat 'berkomplot dan mengobarkan' serangan militer di Gaza sambil 'melindungi pembantaian warga sipil yang dilakukan Israel'.
Selain itu, Jo juga menilai AS sebagai pemasok senjata mematikan ke Ukraina yang dengan sengaja menghancurkan perdamaian dan stabilitas di Eropa.
"G7, sisa-sisa Perang Dingin, harus segera dibubarkan, dan ini akan menjadi langkah pertama untuk meredakan krisis internasional saat ini dan memulihkan perdamaian global," pungkasnya.
Pernyataan Korea Utara tersebut bertepatan dengan Korea Selatan yang menjadi tuan rumah bagi perwakilan 17 negara anggota Komando PBB (UNC) yang menegakkan gencatan senjata Perang Korea.
Pembicaraan pada hari Selasa diperkirakan akan memperbarui janji untuk menanggapi setiap agresi yang dilakukan oleh Korea Utara.