Rusia Makin Lengket dengan Korea Utara, AS Ketar-ketir: Hubungan Mereka Semakin Berkembang dan Berbahaya

| 10 Nov 2023 12:32
Rusia Makin Lengket dengan Korea Utara, AS Ketar-ketir: Hubungan Mereka Semakin Berkembang dan Berbahaya
Korea Utara dan Rusia (Dok: Instagram/russian_kremlin)

ERA.id - Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memperingatkan bahwa hubungan militer antara Korea Utara dan Rusia 'semakin berkembang dan berbahaya'. Blinken juga meminta China untuk menahan Pyongyang.

Kewaspadaan AS ini disampaikan Blinken setelah dia bertemu dengan para menteri luar negeri G7 di Jepang. Ia kemudian bertemu dengan Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol sekaligus mengkritik Korea Utara karena membantu Ruisa melancarkan perang di Ukraina.

"Amerika Serikat dan Korea Selatan “sama-sama merasakan keprihatinan yang mendalam mengenai kerja sama militer DPRK (Korea Utara) yang semakin berkembang dan berbahaya dengan Rusia”, kata Blinken, dikutip AFP, Jumat (10/11/2023).

"Kami melihat DPRK menyediakan peralatan militer kepada Rusia untuk melakukan agresi di Ukraina, namun kami juga melihat Rusia menyediakan teknologi dan dukungan kepada DPRK untuk program militernya sendiri," sambungnya.

Sekutu bersejarah Rusia dan Korea Utara sama-sama berada di bawah sanksi internasional, yang pertama adalah karena invasi mereka ke Ukraina dan Pyongyang karena program senjata nuklir dan rudalnya.

Kerja sama militer yang semakin meningkat telah menjadi sumber kekhawatiran bagi Ukraina dan sekutunya, terutama setelah pertemuan puncak pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada bulan September.

Korea Selatan mengatakan Pyongyang menyediakan senjata sebagai imbalan atas teknologi luar angkasa Rusia sehingga bisa menempatkan satelit mata-mata militer di orbit.

Namun Kremlin mengatakan bulan lalu “tidak ada bukti” Korea Utara mengirimkan senjata ke Rusia.

Blinken juga meminta China, sekutu utama Korea Utara, untuk berperan dalam mengekang program senjata Pyongyang, termasuk peluncuran rudal yang “tidak bertanggung jawab”.

"China memiliki hubungan yang unik dengan Korea Utara,” katanya.

“Sebagai hasil dari hubungan tersebut, hal ini mempunyai pengaruh yang nyata dan kami berharap China dapat menggunakan pengaruh tersebut untuk memainkan peran konstruktif dalam menarik Korea Utara kembali dari perilaku yang tidak bertanggung jawab dan berbahaya ini," tambahnya.

Dalam pertemuan sebelumnya, Blinken dan penasihat keamanan nasional Korea Selatan Cho Tae-yong mengecam Korea Utara karena mengirimkan senjata ke Rusia untuk digunakan di Ukraina.

Dia berterima kasih kepada Cho atas “komitmen Korea Selatan untuk memberikan bantuan kepada Ukraina”, menurut pembacaan Departemen Luar Negeri.

Dalam pertemuannya dengan Yoon, Blinken berterima kasih kepada presiden Korea Selatan atas “janji negaranya untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat Gaza”.

Perhentian Blinken di Asia mengikuti tur ke Timur Tengah untuk berdiskusi mengenai perang Israel-Hamas.

Korea Selatan telah meningkatkan kerja sama keamanan dengan Amerika Serikat di bawah pemerintahan Yoon dalam menghadapi meningkatnya ancaman dari Korea Utara.

Hal ini termasuk latihan militer skala besar yang melibatkan ribuan tentara dan aset strategis termasuk pesawat pengebom berat jarak jauh AS.

Bulan lalu, sebuah pesawat pengebom B-52 milik Angkatan Udara AS yang berkemampuan nuklir melakukan pendaratan yang jarang terjadi di Korea Selatan, kurang dari seminggu setelah kunjungan kapal induk bertenaga nuklir AS.

Rekomendasi