ERA.id - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengakui pasukan militernya gagal meminimalisir korban jiwa dari warga sipil selama konflik dengan Hamas berlangsung. Netanyahu mengatakan warga sipil yang menjadi korban adalah sebuah tragedi.
Pernyataan Netanyahu itu dia sampaikan saat ditanyai tentang balas dendam dengan menyebabkan pembunuhan puluhan ribu warga sipil setelah serangan Hamas 7 Oktober lalu. Netanyahu mengatakan warga sipil yang menjadi korban adalah sebuah tragedi.
"Setiap kematian warga sipil adalah sebuah tragedi. Dan kita seharusnya tidak melakukan hal tersebut karena kita melakukan semua yang kita bisa untuk menyelamatkan warga sipil dari bahaya, sementara Hamas melakukan segalanya untuk menjaga mereka dari bahaya,” kata Netanyahu, dikutip CBS News, Jumat (17/11/2023).
Lalu, kata dia, pasukan Israel telah mengirimkan selebaran kepada warga sipil untuk pergi dan berlindung di tengah konflik yang kian memanas. Sejumlah warga yang menerima itu pun disebut memilih untuk pergi demi menyelamatkan nyawa.
Namun tidak diketahui secara pasti kemana warga sipil itu pergi untuk berlindung. Sementara Israel terus meluncurkan serangannya dengan menargetkan Hamas dan menimbulkan banyak warga sipil tewas.
"Hal lain yang bisa saya katakan adalah kami akan berusaha menyelesaikan pekerjaan ini dengan korban sipil yang minimal. Itulah yang kami coba lakukan, meminimalkan korban sipil. Namun sayangnya, kami tidak berhasil,” kata perdana menteri Israel.
Warga sipil Palestina menanggung beban terberat akibat kampanye militer Israel selama berminggu-minggu, yang dilakukan sebagai respons terhadap serangan Hamas yang menurut Israel menewaskan 1.200 orang, sebagian besar warga sipil.
Hamas juga menawan sekitar 240 orang dari berbagai negara sebagai tawanan, menurut Israel.
Otoritas kesehatan Gaza mengatakan setidaknya 11.500 orang telah dipastikan tewas dalam pemboman dan invasi darat Israel, lebih dari 4.700 di antaranya adalah anak-anak. Dua pertiga dari 2,3 juta penduduk Jalur Gaza kehilangan tempat tinggal akibat perang.