ERA.id - Menteri Pertahanan Israel mengatakan negaranya tidak berniat untuk tinggal secara permanen di Jalur Gaza. Dia juga mengungkap secara terbuka untuk mendiskusikan alternatif mengenai siapa yang akan mengendalikan wilayah tersebut, selama mereka bukan kelompok yang memusuhi Israel, termasuk Hamas.
Menteri Pertahanan Yoav Gallant juga mengatakan bahwa Israel terbuka untuk kemungkinan mencapai kesepakatan dengan kelompok militan Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon, dengan syarat setiap perjanjian mencakup zona aman di sepanjang perbatasan dan jaminan yang tepat.
"Israel akan mengambil tindakan apa pun untuk menghancurkan Hamas, tapi kami tidak punya niat untuk tinggal secara permanen di Jalur Gaza,” katanya, dikutip Reuters, Selasa (12/12/2023).
Lebih dari dua bulan sejak serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan yang memicu perang dan lebih dari sebulan sejak Israel melancarkan serangan darat, Gallant mengatakan kemajuan serius telah dicapai, khususnya di Gaza utara, di mana keadaan mendekati “titik puncaknya.”
Dia mengatakan bahwa Israel terbuka untuk mendiskusikan alternatif mengenai siapa yang mungkin mengendalikan Gaza setelah perang.
“Syarat utamanya adalah bahwa badan ini tidak akan bertindak dengan permusuhan terhadap negara Israel. Semua hal lainnya, menurut pendapat saya, dapat didiskusikan. Yang pasti bukan Hamas, dan juga bukan Israel. Kami akan menjaga kebebasan kami untuk bertindak, untuk beroperasi secara militer melawan ancaman apa pun," tegasnya.
Dalam perubahan strategi yang nyata, setidaknya secara terbuka, Gallant meminta para pejuang dan komandan Hamas untuk menyerah, daripada dibunuh.
"Jika kamu menyerah, kamu bisa menyelamatkan hidupmu. Jika tidak, nasibmu sudah ditentukan," paparnya.
Lebih dari 500 militan dari Hamas dan kelompok kecil Jihad Islam telah ditangkap sejauh ini di Gaza dan dibawa ke Israel untuk diinterogasi, kata tentara pada hari Senin.
Gallant juga ditanya tentang perkembangan di sepanjang perbatasan dengan Lebanon, tempat Israel memerangi Hizbullah. Tindakan Israel di Gaza, kata dia, patut diwaspadai Hizbullah.
“Jika Hizbullah mengijinkan proses kesepakatan, dan saya tidak akan membahas rinciannya sekarang, tapi yang jelas hal ini tidak bisa terjadi karena tidak mencakup situasi di mana ada jarak aman dari pagar kami ke pasukan yang bisa menembak ke wilayah Israel atau kekuatan yang dapat mengambil tindakan di Israel. Jika hal ini memungkinkan, dengan jaminan yang sesuai, kita dapat membicarakannya," pungkasnya.