PM Baru Palestina Keluarkan Kebijakan Reformasi Baru, Apa Saja Isinya?

| 24 Apr 2024 11:20
PM Baru Palestina Keluarkan Kebijakan Reformasi Baru, Apa Saja Isinya?
Kebijakan reformasi baru PM Palestina (Era.id/Luthfia)

ERA.id - Perdana Menteri Palestina yang baru dilantik Mohammad Mustafa mengumumkan kebijakan reformasi yang bertujuan untuk memperkuat Otoritas Palestina (PA). Reformasi baru ini dikeluarkan di tengah meningkatnya tekanan global untuk menghidupkan kembali dialog politik dengan Israel.

Mustafa, yang ditunjuk oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas awal tahun ini, mengatakan pemerintahnya akan menerapkan langkah-langkah untuk meningkakan transparansi dan memerangi korupsi. Reformasi baru itu juga akan merombak sistem peradilan dan sektor keamanan serta meningkatkan efisiensi sektor publik.

Dalam laporan Reuters, ia mengatakan sistem kesehatan dan pendidikan juga akan ditingkatkan, keuangan publik akan diperkuat, dan reformasi ekonomi akan dilaksanakan.

Janji reformasi tersebut sebagian besar sesuai dengan janji yang sebelumnya dibuat oleh pendahulunya Mohammed Shtayyeh, yang mengumumkan pengunduran dirinya pada bulan Februari ketika PA berupaya membangun dukungan untuk memperluas perannya di tengah perang Israel melawan kelompok Islam Hamas di Gaza.

Amerika Serikat dan mitra internasional lainnya telah menekan Otoritas Palestina untuk melaksanakan reformasi besar-besaran guna memulihkan kepercayaan di antara warga Palestina yang sangat kecewa dengan badan yang dibentuk berdasarkan Perjanjian Damai Oslo sementara lebih dari 30 tahun yang lalu.

Urgensi untuk melakukan reformasi semakin meningkat seiring perhatian beralih ke pemerintahan di Gaza, setelah Israel mengakhiri kampanye militernya melawan Hamas menyusul serangan 7 Oktober terhadap Israel yang dipimpin oleh pejuang gerakan Islam.

Meskipun ada perlawanan dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Washington dan sekutunya mengatakan Otoritas Palestina harus dilibatkan dalam mengatur daerah kantong tersebut setelah pasukan Israel menarik diri.

Amerika Serikat dan sebagian besar negara-negara Barat mengatakan hanya solusi dua negara, yang mencakup negara Palestina merdeka di samping Israel, yang dapat menawarkan peluang penyelesaian damai atas konflik yang telah berlangsung selama beberapa dekade.

Namun, Abbas bereaksi dengan marah pekan lalu ketika Washington memveto permintaan Palestina untuk menjadi anggota penuh PBB, dan mengatakan bahwa PA akan mempertimbangkan kembali hubungan bilateral dengan Amerika Serikat setelah keputusan tersebut.

Otoritas Palestina sedang bergulat dengan krisis keuangan parah yang menyebabkan sebagian besar pegawai sektor publik hanya menerima sebagian dari gaji normal mereka selama dua tahun terakhir.

Krisis ini semakin memburuk sejak dimulainya perang di Gaza ketika Israel memotong sebagian pendapatan pajak yang dikumpulkannya atas nama Otoritas Palestina, dan menuduh Otoritas Palestina mendukung Hamas.

Rekomendasi