ERA.id - Rumah Sakit Samitivej Srinakarin di Bangkok mengatakan sejumlah korban turbulensi ekstrem Singapore Airlines menderita cedera otak dan sumsum tulang belakang. Enam orang dilaporkan dalam kondisi kritis pasca kejadian tersebut.
Direktur rumah sakit Adinun Kittiratanapaibool mengatakan 22 orang menderita cedera tulang belakang dan sumsum tulang belakang. Sedangkan enam lainnya mengalami cedera otak.
"Dua puluh dua orang yang masih menerima perawatan di Rumah Sakit Samitivej Srinakarin hingga pukul 15.00 pada hari Kamis menderita cedera tulang belakang dan sumsum tulang belakang, sementara enam orang mengalami cedera tengkorak dan otak," kata direktur rumah sakit Adinun Kittiratanapaibool, dikutip CNA, Jumat (24/5/2024).
Rumah sakit tersebut adalah salah satu dari beberapa rumah sakit yang menampung korban dalam penerbangan tersebut setelah pesawat mengalami turbulensi parah dan melakukan pendaratan darurat di Bangkok.
Adinun mengatakan dirinya tidak bisa memastikan apakah kondisi para penumpang itu bisa mengakibatkan kelumpuhan permanen akibat luka yang dideritanya.
"Masih terlalu dini untuk mengatakan apakah ada pasien yang akan menderita kelumpuhan permanen akibat luka yang mereka alami," katanya.
Sebanyak 13 orang lainnya dirawat karena cedera tulang, otot, dan lainnya, sehingga jumlah total pasien di sana menjadi 41 orang. Perwakilan rumah sakit mengatakan tidak ada seorang pun yang meminta dievakuasi secara medis untuk menerima perawatan di tempat lain. Usia pasien berkisar antara 2 tahun hingga 83 tahun.
"Jumlah pasien di ICU di tiga rumah sakit di Bangkok adalah 20 orang, tidak berubah dari hari Rabu," kata Adinun.
Pihak rumah sakit menolak memberikan rincian lebih lanjut.
Lalu, kata Adinun, rumah sakit menggunakan sistem kode warna untuk menilai tingkat keparahan kondisi pasien saat tiba di rumah sakit.
Pada hari Selasa, enam kasus diklasifikasikan sebagai kasus merah, yang berarti kondisi mereka parah dan berpotensi mengancam nyawa. Namun hingga Kamis, Adinun memastikan tidak ada yang berada dalam kondisi yang mengancam jiwa.
Direktur tersebut menambahkan, meskipun para dokter di rumah sakit memiliki perlengkapan yang baik untuk menangani jenis cedera yang terjadi, mereka belum pernah menemukan kasus di mana cedera tersebut disebabkan oleh turbulensi udara. Sejauh ini sudah ada 17 operasi yang berhasil dilakukan.
Menurut Singapore Airlines, hingga pukul 20.30 pada hari Kamis, 65 penumpang dan dua awak pesawat SQ321 masih berada di Bangkok. Mereka termasuk 46 penumpang dan dua awak pesawat berada di rumah sakit untuk menerima perawatan medis.
Lusinan penumpang dari penerbangan Singapore Airlines dikirim ke rumah sakit di Bangkok untuk perawatan cedera pada hari Selasa. Mereka menderita luka-luka setelah SQ321 mengalami turbulensi ekstrem dan tiba-tiba di Cekungan Irrawaddy di Myanmar pada ketinggian 37.000 kaki.
Penerbangan tersebut sedang dalam perjalanan dari London ke Singapura sebelum pendaratan darurat di Bangkok.
Seorang penumpang Inggris berusia 73 tahun, Geoff Kitchen, tewas dalam penerbangan tersebut. Tetangganya mengatakan kepada wartawan bahwa dia sedang menuju "liburan seumur hidup" bersama istrinya.
Sebanyak 131 penumpang dan 12 awak kapal SQ321 tiba di Singapura dengan penerbangan bantuan pada Rabu dini hari. Maskapai tersebut mengatakan lima penumpang lainnya akan kembali ke Singapura pada Rabu malam, dan satu anggota awak akan terbang ke Singapura pada Kamis.