ERA.id - Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich menolak untuk membebaskan tahanan Palestina. Smotrich bahkan rela menyerahkan karier politiknya demi mencegah pembebasan tahanan Palestina.
Penolakan ini disampaikan oleh Smotrich mengacu pada potensi perjanjian gencatan senjata di Gaza dengan Hamas. Smotrich menggambarkan pemebabasan tahanan Palestina sebagai peristiwa yang mengerikan.
"Saya tidak akan menyetujuinya, garis merah harus ditarik," kata Smotrich, dikutip Anadolu, Selasa (16/7/2024).
Tel Aviv memperkirakan 120 warga Israel masih ditahan di Gaza sejak perang terjadi pada 7 Oktober 2023. Sementara sedikitnya 9.500 warga Palestina ditahan di penjara Israel.
Dalam proposal perjanjian gencatan senjata tertulis bahwa akan ada pertukaran sandera dengan tahanan Palestina di Israel. Namun Smotrich menolak dengan keras rencana pembebasan tersebut dengan mengungkit kejadian di tahun 2011 lalu.
"Kami melihat apa yang terjadi dalam kesepakatan Gilad Shalit (mantan tentara Israel yang dibebaskan Hamas tahun 2011). Kami membebaskan Yahya Sinwar, dan kami melihat imbalannya," ujarnya.
"Dengan logika apa kita akan melepaskan Yahya Sinwar berikutnya dan membahayakan ribuan warga Israel lainnya?" sambungnya.
Diketahui pada Oktober 2011, Hamas membebaskan Shalit dengan imbalan Israel membebaskan 1.027 tahanan Palestina, termasuk Yahya Sinwar.
Mengacu pada hal itu, Smotrich dengan tegas akan menolak pembebasan tahanan Palestina. Dia bahkan rela menyerahkan karier politiknya demi mencegah hal itu terjadi.
"Saya akan menentang ini, bahkan jika itu mengakhiri karier politik saya. Jika tidak ada garis merah, Anada tidak berhak berpolitik," tegasnya.
Diketahui upaya gencatan senjata sudah dilakukan selama berbulan-bulan oleh AS, Qatar, dan Mesir sebagai pihak mediator. Namun upaya itu belum menemui titik terang hingga saat ini.