ERA.id - Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh menemui para pejabat Qatar, Mesir dan Turki untuk membahas perkembangan gencatan senjata di Gaza.
Dalam sebuah pernyataan, kelompok tersebut mengatakan Haniyeh terlibat komunikasi serius dengan para mediator di Qatar dan Mesir mengenai gagasan gencatan senjata di Jalur Gaza. Para pihak disebut ingin segera mencapai kesepakatan untuk mengakhiri agresi brutal yang dihadapi rakyat Palestina di Jalur Gaza.
Selain itu, Haniyeh juga melakukan komunikasi dengan para pejabat Turki soal perkembangan terakhir situasi di Gaza. Dari pembicaraan itu menghasilkan hal positif yang mendukung gencatan senjata.
Sejak serangan balasan Israel terhadap Hamas pada 7 Oktober lalu, 38.000 warga Palestina dilaporkan tewas akibat serangan lintas batas. Serangan itu menyebabkan wilayah kantong tersebut hancur.
Mediator menyampaikan tanggapan Hamas terhadap proposal yang mencakup pembebasan sandera yang ditahan di Gaza dan gencatan senjata di wilayah tersebut.
"Israel sedang mengevaluasi pernyataan tersebut dan akan menyampaikan jawabannya kepada para mediator," kata sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu atas nama agen mata-mata Mossad, dikutip Anadolu, Kamis (4/7/2024).
Mesir, Qatar dan Amerika telah berusaha selama berbulan-bulan untuk mencapai gencatan senjata dan pembebasan 120 sandera yang tersisa di Gaza, namun tidak berhasil.
Hamas mengatakan kesepakatan apa pun harus mengakhiri perang dan menyebabkan penarikan penuh Israel dari Gaza. Namun Israel berpendapat bahwa mereka hanya akan menerima jeda sementara dalam pertempuran dan ingin mengakhiri kemampuan pemerintahan kelompok perlawanan tersebut.
Presiden AS Joe Biden mengumumkan rencana gencatan senjata tiga tahap pada bulan Mei, yang mencakup pembebasan bertahap sandera Israel yang ditahan di Gaza dan penarikan pasukan Israel. Kesepakatan ini juga mencakup pembebasan tahanan Palestina, dan rekonstruksi Gaza.