ERA.id - Israel mengklaim telah membunuh pimpinan sayap militer Hamas Mohammed Deif dalam serangan udara di Gaza bulan lalu. Israel meyakini Deif salah satu dalang serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.
"IDF (Pasukan Pertahanan Israel) mengumumkan bahwa pada 13 Juli 2024, jet tempur IDF menyerang di wilayah Khan Yunis, dan setelah penilaian intelijen, dapat dipastikan bahwa Mohammed Deif tewas dalam serangan itu," kata IDF dalam pernyataan, dikutip Reuters, Jumat (2/8/2024).
Hamas tidak membenarkan atau membantah pembunuhan Deif, tetapi seorang pejabat, Ezzat Rashaq, mengatakan bahwa berita apa pun tentang kematian para pemimpinnya adalah tanggung jawabnya sendiri.
"Kecuali salah satu dari mereka (pemimpin politik dan militer Hamas) mengumumkannya, tidak ada berita yang dipublikasikan di media atau oleh pihak lain yang dapat dikonfirmasi," ujar Rashaq.
Pengumuman IDF itu muncul ketika Hamas sedang dalam masa berkabung atas kematian Ismail Haniyeh yang tewas pada Rabu (31/7) dini hari di Teheran, Iran.
Iran dan Hamas menyalahkan Israel atas pembunuhan Haniyeh, yang tidak membantah atau membenarkan tindakan itu. Namun, Israel mengonfirmasi telah membunuh seorang komandan senior gerakan Hizbullah Lebanon di Beirut pada hari Selasa.
Kematian Haniyeh adalah yang terbaru dalam serangkaian kematian yang menargetkan para pemimpin kelompok tersebut. Wakil Haniyeh, Saleh al-Arouri, tewas dalam serangan pesawat nirawak di Beirut pada bulan Januari.
Pada bulan Maret, Israel mengatakan telah membunuh Marwan Issa, wakil Deif. Amerika Serikat mengonfirmasi kematian Issa dalam operasi Israel. Tetapi Hamas tidak mengonfirmasi maupun membantah kematiannya.
Sebagai salah satu tokoh Hamas yang paling dominan, Deif naik pangkat dalam kelompok tersebut selama 30 tahun, mengembangkan jaringan terowongan dan keahliannya dalam membuat bom.
Deif telah menduduki puncak daftar orang paling dicari Israel selama beberapa dekade, dianggap bertanggung jawab secara pribadi atas kematian puluhan warga Israel dalam bom bunuh diri.
Dalang lain dari serangan 7 Oktober, Yahaya Sinwar, diyakini masih mengarahkan operasi militer, mungkin dari bunker di bawah Gaza, sambil memainkan peran utama dalam negosiasi tidak langsung dengan Israel untuk kesepakatan pertukaran tahanan.