ERA.id - Raja dan Perdana Menteri Belgia mendesak pemimpin Gereja Katolik tertinggi, Paus Fransiskus, untuk mengambil tindakan serius atas kasus pelecehan seksual oleh pendeta Katolik.
Raja Philippe mengatakan kepada Paus bahwa Gereja terlalu lama mengambil tindakan atas skandal yang dilakukan pendeta Katolik, yang menjadi isu utama ketika Paus datang ke Belgia.
Sementara Perdana Menteri Alexander De Croo mengangkat bahwa penanganan kasus pelecehan seksual di Gereja oleh pendeta tidak bisa diselesaikan hanya sebatas kata-kata.
"Langkah-langkah konkret juga harus diambil," kata De Croo, dikutip Reuters, Jumat (27/9/2024).
Perjalanan akhir pekan Paus Fransiskus ke Belgia guna menghadiri peringatan 600 tahun berdirinya dua universitas Katolik. Namun, serial dokumenter televisi dan investigasi parlemen telah mengangkat catatan Gereja tentang pelecehan seksual oleh pendeta ke permukaan.
Menurut laporan Gereja, lebih dari 700 pengaduan dan laporan pelecehan telah dibuat di Belgia sejak 2012.
Pada bulan Maret, Paus Fransiskus memecat mantan uskup Bruges Roger Vangheluwe dari jabatan imam. Vangheluwe mengundurkan diri pada tahun 2010 setelah mengakui telah melakukan kekerasan terhadap keponakannya, dan pada tahun 2011 mengakui telah melakukan kekerasan terhadap keponakan lainnya.
Namun Vangheluwe tidak bisa dituntut secara pidana karena pembatasan undang-undang.
Paus diperkirakan akan mengadakan pertemuan pribadi dengan 15 korban kekerasan pada hari Jumat di kedutaan Vatikan di Brussels, tempat ia tinggal selama kunjungannya.
Tuntutan telah meningkat di Belgia untuk keadilan, permintaan maaf resmi, dan ganti rugi dari Gereja dan pemerintah untuk sekitar 30.000 orang yang terkena dampak.