ERA.id - Kementerian Transportasi Korea Selatan mengungkap bahwa kotak hitam di pesawat Jeju Air berhenti merekam sebelum kecelakaan terjadi. Rekaman itu terhenti empat menit sebelum kecelakaan terjadi.
"Analisis mengungkapkan bahwa data CVR dan FDR tidak terekam selama empat menit menjelang tabrakan pesawat dengan localizer," kata kementerian itu, dikutip Yonhap News, Minggu (12/1/2025).
Localizer adalah penghalang di ujung landasan yang membantu pendaratan pesawat dan dianggap memperburuk kecelakaan Boeing 737-800 itu.
Sementara itu, perekam data penerbangan yang rusak dikirim ke Amerika Serikat untuk dianalisis di laboratorium Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS. Namun kotak yang menyimoan petunjuk tentang detik-detik terakhir penerbangan mengalami kehilangan data, pihak berwenang akan berusaha untuk mencari tahu apa yang terjadi.
"Rencana telah disusun untuk menyelidiki penyebab hilangnya data selama investigasi kecelakaan yang sedang berlangsung," ujar kementerian itu.
Sejauh ini penyelidik Korea Selatan dan AS masih menyelidiki penyebab kecelakaan itu, yang memicu duka cita nasional dengan didirikannya sejumlah tugu peringatan di seluruh negeri.
Para penyelidik mengatakan kotak-kotak itu penting untuk penyelidikan mereka. Mereka juga memastikan tidak akan menyerah untuk mencoba mencari tahu mengapa kecelakaan itu terjadi.
"Penyelidikan akan dilakukan melalui pemeriksaan dan analisis berbagai data. Komite berkomitmen untuk melakukan yang terbaik guna menentukan penyebab kecelakaan secara akurat," kata kementerian tersebut.
Para penyelidik telah merujuk kecelakaan itu disebabkan oleh tabrakan dengan burung, roda pendaratan yang rusak, dan localizer yang menambah buruknya kecelakaan.
Pilot Jeju Air sendiri sudah melaporkan adanya serangan burung sebelum menarik pesawat dari pendaratan pertama. Namun kemudian jatuh pada percobaan kedua saat roda pendaratan tidak muncul.
Minggu ini, penyelidik utama Lee Seung-yeol mengatakan bulu burung ditemukan di salah satu mesin pesawat yang ditemukan. Tetapi tabrakan dengan burung tidak langsung menyebabkan kerusakan pada mesin.
Di sisi lain, petugas kepolisian menggerebek kantor di Bandara Muan tempat kecelakaan itu terjadi. Pihaknya juga melarang kepala eksekutif Jeju Air meninggalkan negara setelah kecelakaan terjadi.