Tegas Tolak Negosiasi Perundingan Damai dengan Israel, Ini Syarat Mutlak dari Hamas

| 29 Oct 2024 15:15
Tegas Tolak Negosiasi Perundingan Damai dengan Israel, Ini Syarat Mutlak dari Hamas
Hamas tolak damai (X/UNRWA)

ERA.id - Hamas menolak untuk negosiasi perundingan damai dengan Israel. Penolakan ini beralasan harus adanya gencatan senjata penuh lebih dulu di Jalur Gaza.

Pemasihat media dari ketua biro politik Hamas, Taher Nunu, mengatakan bahwa proses negosiasi damai harus diawali dengan gencatan senjata penuh dan penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza. Hal ini sudah ditekankan sejak awal muncul proposal perdamaian.

"Sejak awal, kami telah menetapkan empat 'kunci' untuk mencapai kesepakatan yang dapat mengakhiri perang ini. Kunci-kunci itu termasuk gencatan senjata penuh dan penarikan seluruh pasukan dari Gaza, bantuan kemanusiaan serta akses yang bebas, upaya rekonstruksi dan akhirnya pertukaran tahanan dengan sandera," kata Nunu kepada Sputink, Selasa (29/10/2024).

Meski demikian, Nunu menekankan kembali bahwa Hamas menghargai upaya yang dilakukan oleh para mediator dan terbuka untuk menerima proposal baru. Namun sikap Hamas terkait proposal perdamain itu sudah jelas sejak awal dengan menginginkan gencatan senjata penuh dan penarikan pasukan. 

Inisiasi gencatan senjata kembali muncul dari Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi selama akhir pekan. Al-Sisi mengusulkan gencatan senjata selama dua hari di Jalur Gaza untuk pertukaran empat sandera Israel yang ditahan oleh Hamas dengan beberapa warga Palestina yang berada dalam tahanan Israel.

Pada hari yang sama, Dmitry Gendelman, penasihat perdana menteri Israel, mengatakan bahwa negosiasi di Doha diharapkan berlangsung hingga setidaknya pada Selasa.

Israel mengutus kepala dinas rahasia Mossad, David Barnea, untuk bertemu dengan Kepala Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (AS) atau CIA, William Burns, dan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani untuk membahas opsi-opsi kesepakatan terkait Gaza.

Pembicaraan yang diadakan di Doha ini telah mengalami kebuntuan selama beberapa bulan karena pemerintah Israel dan Hamas saling menuduh menggagalkan setiap opsi untuk perdamaian.

Setelah militer Israel berhasil membunuh ketua biro politik Hamas, Yahya Sinwar, yang dikenal menentang kesepakatan perdamaian, banyak pihak di Israel melihat ini sebagai peluang untuk merundingkan kesepakatan yang akan memungkinkan pengembalian para sandera yang ditahan oleh Hamas.

Rekomendasi