ERA.id - Pemerintah China menolak dituduh mengincar data riset vaksin COVID-19 oleh pemerintahan Donald Trump. Klaim pemerintah Amerika Serikat (AS) "absurd", kata mereka.
Pernyataan yang dikeluarkan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, pada Jumat (18/7/2020), menolak tuduhan Jaksa Agung AS William Barr bahwa peretas siber yang didukung pemerintahan China berusaha mencuri data riset vaksin virus korona yang ada di beberapa universitas AS. Pernyataan Barr tersebut "absurd", kata Hua, seperti dilaporkan Associated Press.
"Tiap orang tahu bahwa China berada di posisi depan dalam riset dan penemuan vaksin korona virus. Kami punya personil riset kelas satu, dan kami tidak perlu menjadi yang terdepan lewat aksi pencurian," kata Hua.
Perusahaan China telah bergerak cepat untuk menciptakan vaksin virus korona, berbarengan dengan upaya di negara-negara lain yang berkompetisi demi prestise dan keuntungan dari penemuan vaksin COVID-19.
Pernyataan Hua dikeluarkan dalam briefing harian yang isinya menyanggah tuduhan Jaksa Agung Barr bahwa pemerintah China hendak mengambil alih posisi AS sebagai negara adidaya di bidang teknologi.
Dalam pernyataan tersebut, Hua menulis bahwa keinginan utama CHina adalah meningkatkan taraf hidup warganya dan mempertahankan perdamaian dan stabilitas global, meskipun banyak kritik dilayangkan karena kebijakan luar negeri negara itu yang makin agresif dan ekspansif dalam hal militer, teknologi, ekonomi, dan bidang lainnya.
Hua juga menekankan bahwa China memiliki hak untuk melindungi kedaulatan, keamanan, dan agenda pembangunannya, serta melindungi pencapaian yang diraih warganya.
"China menolak bullying dan ketidakadilan terhadap negara kami, dan akan melawan balik tuduhan tak berdasar dan serangan dari pemerintah AS," kata Hua.