ERA.id - Etiopia mengumumkan bahwa dam miliknya di dekat Sungai Nil Biru berhasil mencapai target pengisian 4,9 miliar meter kubik air. Ini memicu protes dari Sudan dan Mesir yang khawatir akan terjadinya kekeringan di negara mereka.
Perdana Menteri Etiopia Abiy Ahmed mengatakan hal tersebut Rabu (22/7/2020), seperti diberitakan di South China Morning Post (SCMP). Beberapa hari sebelumnya, Mesir dan Sudan sudah melayangkan protes terhadap rencana tersebut.
“Terpenuhinya fase pertama dari pengisian dam ini merupakan tonggak sejarah yang menunjukkan komitmen kami atas renaisans (era pencerahan) dari negara Etiopia,” kata Ahmed.
Proyek dam yang akan menyuplai listrik di Etiopia ini mendapat pendanaan dari pihak luar. Perusahaan dan bank-bank China mendanai pembangunan tiang-tiang listrik dari dam ke kota-kota terdekat di Etiopia. Beberapa perusahaan dari China juga menjadi subkontraktor proyek tersebut.
Tahun lalu, Etiopia memberikan kontrak senilai 40,1 juta dolar dan 112 juta dolar ke China Gezhouba Group dan Voith Hydro Shanghai.
Sebelumnya, China memberikan 1,2 miliar dolar ke pemerintah Etiopia sebagai pendanaan utang untuk membangun tiang-tiang listrik yang menghubungkan dam dengan kota-kota terdekat. Tahun lalu, China juga berjanji akan meminjamkan 1,8 miliar dolar lagi untuk mendanai perluasan sistem kelistrikan di Etiopia.
Pembangunan dam sendiri didanai secara mandiri oleh pemerintah Etiopia dan melalui pinjaman publik dan obligasi infrastruktur.
Menurut PM Ahmed, pengisian reservoir air akan memampukan Etiopia untuk memproduksi listrik mulai tahun depan.
Despite the controversy over the filling of the #GERD reservoir, SAR imagery shows the dam is already overtopping, meaning #Nile flow to #Sudan and #Egypt is now restored and #Ethiopia will soon be able to start testing the first two hydropower turbines once these are completed. pic.twitter.com/DOOza6QuVU
— Sim Tack (@SimTack) July 21, 2020
Pengumuman PM Ahmed pada Rabu lalu dilakukan sehari setelah Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, yang juga ketua Uni Afrika (AU), menjamu pemimpin dari ketiga negara dan presiden dari benua Afrika untuk membicarakan konflik di sekitar dam tersebut.
Ramaphosa berkata di dalam rapat bahwa negosiasi trilateral akan berlanjut dengan mediasi Uni Afrika. Mesir dan Sudan belum memberikan respon terbaru pasca pernyataan Etiopia Rabu lalu.
Proyek dam raksasa Etiopia, atau Great Ethiopian Renaissance Dam (GERD), menjadi sumber ketegangan di lembah Sungai Nil sejak peletakan batu pertama pada tahun 2011. Etiopia berencana mengisi reservoir air itu awal bulan ini, selama musim hujan, namun, Mesir dan Sudan khawatir bahwa tindakan tersebut akan mengurangi debit air di sungai Nil.
Minggu lalu, sempat terjadi ketegangan pasca beberapa laporan dan citra satelit dari Badan Antariksa Eropa menunjukkan bahwa Etiopia, meski diprotes, telah memulai pengisian dam. Dam raksasa ini sendiri memiliki kapasitas maksimal 74 miliar meter kubik air.
Banyak analis menilai China, yang tidak mendanai proyek ini secara langsung, seharusnya ikut berperan dalam mengurai ketegangan di lembah Sungai Nil. China dianggap memiliki kompetensi mengenai manajemen dam sehingga bisa membantu ketiga negara mencapai kesepakatan.