Buntut Ledakan Beirut, Rezim Negara Islam Lebanon 'Digoyang'

| 07 Aug 2020 10:15
Buntut Ledakan Beirut, Rezim Negara Islam Lebanon 'Digoyang'
Mobil yang rusak akibat ledakan 2.750 ton metrik amonium nitrat di Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020).

ERA.id - Dua hari pasca ledakan yang menggoyang ibukota Lebanon, Beirut, puluhan demonstran anti-pemerintah melancarkan aksi protes di jalanan menuju gedung parlemen Lebanon, seperti diberitakan The Guardian Jumat (7/8/2020).

Para demonstran mengobarkan api, mencorat-coret pertokoan, dan melemparkan batu ke arah petugas keamanan.

Polisi pun berusaha membubarkan massa demonstran dengan menyemburkan gas air mata ke arah massa yang dipenuhi kemarahan tersebut.

Aksi demonstrasi di Beirut, Lebanon, sudah terjadi selama 6 bulan terakhir dan mengkritik pemerintahan Lebanon yang dianggap korup dan inkompeten. Ledakan dari Pelabuhan Beirut, Selasa (4/8/2020) yang menewaskan sedikitnya 150 orang dan melukai 5.000 orang lainnya, serta menghancurkan seluruh distrik di ibukota Beirut, memicu gelombang demonstran lainnya.

Kamis lalu, ketika Presiden Perancis Emmanuel Macron berkunjung ke lokasi ledakan di Beirut, massa mendesak sang presiden untuk mendorong perubahan politik di Lebanon.

Sejak hari pertama diberlakukannya masa darurat untuk dua minggu ke depan di Lebanon, banyak pihak dari dalam dan luar negeri terus mendesak agar insiden ledakan di Beirut diinvestigasi oleh sebuah tim independen.

Kerusakan akibat ledakan 2.750 ton metrik amonium nitrat itu ditaksir mencapai 15 miliar dolar AS (Rp218.7 triliun),

Banyak orang menyesalkan kenapa insiden pada pukul 6 sore Selalu lalu bisa terjadi. Seperti diberitakan oleh The Guardian, Presiden Macron dikelilingi oleh ratusan warga Lebanon saat mengunjungi pemukiman di Gemmayze di dekat Pelabuhan Beirut. Ia mendengar banyak warga Lebanon menginginkan adanya revolusi dan lengsernya rezim Lebanon yang saat ini dipimpin oleh Presiden Michel Aoun.

"Saya bisa pastikan bahwa bantuan tidak akan diterimakan ke pihak yang korup," kata Macron kepada para demonstran. "Saya akan meminta para politikus untuk membuat sebuah perjanjian baru. Saya ke mari untuk mengajukan sebuah pakta baru pada mereka."

Hanya sedikit pemimpin Lebanon yang turun ke lokasi insiden atau mengunjungi pemukiman warga yang terdampak. Sebuah konvoi yang membawa mantan Perdana Menteri Saad Hariri diserang massa pada Selasa lalu ketika rombongan tiba di Beirut.

Saling tuduh saat ini terjadi di antara petinggi Lebanon mengenai kargo sebuah kapal berbendera Moldova yang disimpan dalam gudang Pelabuhan Beirut tahun 2014. Berdaya ledak tinggi, kargo tersebut disimpan selama 6 tahun terakhir tanpa mendapat pengelolaan yang memadai.

Sejumlah petugas otoritas pelabuhan saat ini menjadi tahanan rumah, menunggu jadwal investigasi yang akan berlangsung empat hari lagi di Beirut.

Rekomendasi