Aktivis Rusia Pengkritik Putin Dipastikan Telah Diracun

| 25 Aug 2020 16:05
Aktivis Rusia Pengkritik Putin Dipastikan Telah Diracun
Alexei Navalny dipindahkan ke Rumah Sakit Charité di Berlin, Jerman, Sabtu (22/8/2020).

ERA.id - Hasil uji lab mengonfirmasi dugaan bahwa Alexei Navalny, seorang aktivis yang kerap mengkritik pemerintahan di Rusia, menjadi korban peracunan. Yang bersangkutan kini dirawat di Rumah Sakit Charité di Berlin, Jerman, sejak Senin (24/8/2020).

Rumah sakit Charité menyatakan bahwa Navalny kolaps karena kontaminasi zat cholinesterase inhibitor. Meski begitu, Charité tidak merinci jenis racun yang bersarang dalam badan sang pemimpin oposisi politik Rusia itu.

Zat Cholinesterase disebut memblok enzim yang diperlukan agar sistem syaraf berfungsi normal.

Rumah sakit tersebut hanya mengatakan bahwa racun yang menyebabkan Navalny dalam kondisi koma ini termasuk dalam kelompok racun sistem syaraf pusat, yang mencakup zat-zat seperti racun syaraf, pestisida, dan sejumlah narkotika.

Seperti dilansir The Guardian, Navalny dinyatakan berada dalam kondisi serius, namun, "nyawanya tidak dalam bahaya."

"Tingkat bahaya terhadap nyawa Navalny masih belum jelas. Kami tak memungkiri adanya kemungkinan dampak jangka panjang, terutama yang mempengaruhi sistem syaraf," sebut pernyataan dari Rumah Sakit Charité, seperti dilansir The Guardian, (25/8/2020).

Hamish de Bretton-Gordon, seorang ahli senjata kimia dan biologis, menyetujui bahwa tingkat cholinesterase yang tinggi menunjukkan keberadaan racun syaraf dalam tubuh Navalny.

"Level tersebut menunjukkan seberapa banyak racun telah terpapar pada tubuhmu," kata Bretton-Gordon.

Rumah sakit di Omsk, Rusia, yang pertama menerima Navalny dalam kondisi kolaps, awalnya menampik bahwa sang aktivis telah diracun. Senin lalu, dokter wakil direktur rumah sakit itu mengatakan bahwa 2 uji lab tidak menemukan adanya racun dari sampel tubuh Navalny.

Navalny sendiri akhirnya dievakuasi ke Jerman, Sabtu (22/8/2020) setelah istrinya memohon langsung kepada Presiden Vladimir Putin. Ia meminta agar suaminya bisa dipindah ke luar negeri. Hal ini juga sejalan dengan tekanan dari sejumlah pemimpin negara Jerman, Prancis, dan Finlandia. Angela Merkel, Kanselir Jerman, mengatakan, "Orang-orang di balik serangan ini harus ditemukan dan diadili."

Para pendukung Alexei Navalny meyakini bahwa rezim Kremlin berada di belakang serangan terhadap Navalny. Seorang kolega Navalny di Anti-Corruption International, Lyubov Sobol, mengatakan bahwa teknik racun-meracun adalah "ciri khas Kremlin".

Sementara itu, sebuah artikel di koran Moskovsky Komsomolets menyebutkan bahwa sumber-sumber dari kepolisian Rusia menyatakan bahwa Navalny tengah dibuntuti sebelum ia jatuh sakit dalam penerbangan dari Siberia, Kamis lalu. Dalam data-data yang dirilis koran tersebut, polisi tampak medeteksi letak apartemen Navalny, mengumpulkan nota belanjanya, hingga membuntuti Navalny saat yang bersangkutan pergi berenang di Sungai Tom.

Senin lalu, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, membuat pernyataan yang tidak menyangkal, namun tidak juga mengiyakan, bahwa Navalny tengah diikuti oleh pihak kepolisian.

"Yang bisa saya lakukan adalah mengajukan pertanyaan Anda ke pihak kepolisian," katanya pada para wartawan, seperti dilansir The Guardian.

Rekomendasi