ERA.id - Salah satu agen mata-mata Rusia yang dituduh menjalankan operasi pembunuhan terhadap Alexei Navalny, tokoh oposisi Kremlin, mengakui perbuatannya dan mengatakan bahwa racun mematikan novichok sebenarnya diberikan ke pakaian dalam Navalny.
Pengakuan ini diterima langsung oleh Navalny, yang saat ini sedang menjalani masa pemulihan di Jerman. Seperti dilaporkan koran The Guardian, ia menelepon dua anggota tim Pasukan Rahasia Rusia (FSB) yang diperintahkan untuk membunuhnya. Orang pertama langsung menutup telepon ketika menyadari suara Navalny. Orang kedua, bernama Konstantin Kudryavtsev, sepertinya terkecoh dan mengira Navalny adalah sesama agen dalam jaringan FSB.
Menyatakan diri dengan nama fiktif "Maxim Ustinov", Navalny bertanya pada Kudryavtsev soal bagaimana operasi pembunuhan dijalankan dan kenapa operasi itu bisa gagal.
Video footage of the call (with reactions from @navalny, @christogrozev, and @pevchikh) on Navalny's channel, with timestamp at the beginning of the call: https://t.co/y9aJwUVxCb
— Bellingcat (@bellingcat) December 21, 2020
Pertama-tama Kudryavtsev mengonfirmasi bahwa agen rahasia FSB berada di balik operasi pembunuhan itu. Ia mengatakan bahwa teman-temannya memberikan racun perusak syaraf novichok ke "jahitan dalam" celana boxer milik Navalny ketika pemimpin oposisi Rusia itu sedang menginap di Kota Tomsk, Siberia.
Tim mata-mata sebelumnya telah mengunjungi Hotel Xander yang diinapi Navalny lalu mematikan seluruh kamera CCTV. Setelah itu, agen rahasia mulai menyemprotkan racun ke pakaian Navalny. Dengan ini terbantah sudah asumsi bahwa Navalny menerima racun dari secangkir teh atau koktail yang ia minum pada Jumat (20/8/2020), hari ketika ia tak sadarkan diri di tengah penerbangan menuju Kota Moskow, Rusia.
Pengakuan ini juga membuka pertanyaan soal apakah racun novichok diberikan dengan cara disemprot atau dioleskan. Belum jelas juga apakah pemberian racun dilakukan lewat jasa laundry hotel atau secara langsung oleh agen FSB.
Pada Jumat, 20 Agustus, Navalny menggunakan celana pendek yang sudah diberi racun itu. Ia lalu menuju ke Bandara Tomsk dan terbang ke Moskow, dan kemudian kolaps. Pesawat lalu mendarat darurat di Bandara Omsk, dan Navalny langsung dilarikan ke rumah sakit.
Setelah Misi Gagal
Ditanyai kenapa target pembunuhan akhirnya selamat, Kudryavtsev yakin bahwa itu disebabkan oleh pendaratan darurat oleh pesawat. Jika pesawat tetap melanjutkan penerbangan ke Moskow, yang menghabiskan waktu 3 jam, maka Navalny dipastikan sudah tewas.
Kudryavtsev mengatakan bahwa ia dikirim ke kota Omsk lima hari kemudian untuk mengambil dan membersihkan pakaian Navalny dari jejak racun novichok. Operasi 'pembersihan jejak' itu berjalan efektif, kata si agen FSB. Di saat yang sama, berdasarkan laporan media investigatif Bellingcat, Kudryavtsev kembali ke Omsk dua kali, yaitu pada 25 Agustus dan 2 Oktober 2020. Selama itu ia terlibat kontak telepon secara intens dengan Kolonel Stanislav Makshakov, pejabat FSB yang bertanggungjawab atas misi pembunuhan tersebut.
Pakaian dalam milik Navalny kini menjadi barang bukti penting dalam kasus tersebut. Navalny menuduh FSB menghancurkan bukti kejahatan. Ia juga mengaku diterbangkan dari Rusia ke Jerman dalam kondisi telanjang bulat.
"Karena novichok ditemukan dalam tubuh saya, dan bahwa infeksi terjadi lewat sentuhan, maka pakaia saya menjadi barang bukti yang sangat penting," kata dia.
"Saya minta agar pakaian saya dimasukkan ke dalam plastik dan dikembalikan pada saya."
Moskow Masih Berkilah
Penggunaan racun novichok sebelumnya telah dikonfirmasi beberapa laboratorium di Eropa. Racun ini juga yang dipakai untuk membunuh mantan agen FSB, Sergei dan Yulia Skripal di Kota Salisbury, Inggris. Penerapan racun ke dalam pakaian ditengarai menyebabkan efek racun baru muncul beberapa jam setelah kontak pertama.
Pekan lalu Bellingcat telah mengidentifikasi tiga agen rahasia FSB yang membuntuti Navalny sejak dari Kota Novosibirsk di Siberia. Mereka adalah dua dokter medis bernama Alexey Alexandrov dan Ivan Osipov. Satu orang lainnya bernama Vladimir Panyaev yang ditengarai menjalankan misi mata-mata.
Data penerbangan dan komunikasi lantas menunjukkan adanya lima agen FSB lainnya yang turut terlibat. Salah satunya adalah kepala departemen FSB yang tertangkap kamera berada di rumah sakit Kota Omsk, tempat Navalny sempat dirawat.
Jumat lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui bahwa FSB harus membuntuti Navalny selama beberapa kali perjalanan karena yang bersangkutan adalah agen intelijen Amerika Serikat. Klaim ini dibantah oleh Navalny.
Moskow mengatakan belum menemukan bukti perbuatan kriminal dan menolak memulai proses investigasi. Rezim Putin berkilah bahwa Navalny diracun di Jerman, atau di dalam pesawat kedokteran yang memindahkannya dari Rusia ke Jerman.