ERA.id - Kompleksitas konflik antara Armenia dan Azerbaijan di kawasan pegunungan Nagorno-Karabakh ditengarai bakal meningkat dengan tibanya sejumlah pasukan pemberontak Suriah yang dipekerjakan oleh perusahaan kontraktor keamanan Turki.
Konflik bersenjata yang pada Senin (28/9/2020) telah menewaskan 95 orang, termasuk 11 warga sipil, selain melibatkan Yerevan dan Baku, pusat pemerintahan Armenia dan Azerbaijan, juga menjadi agenda geopolitik dari Turki. Negara pimpinan Presiden Recep Tayyib Erdogan itu masih berusaha memenangi rivalitas kawasan melawan Rusia. Sebelumnya kedua negara sudah terlibat dalam konflik di Suriah dan Libia.
As a result of artillery fire of Armenian armed forces on 27 September the family of 5 persons died in #Naftalan district of #Azerbaijan. #Armenia indiscriminately targets civilians. Aggressor Armenia bears full responsibility for war crimes committed against Azerbaijanis. pic.twitter.com/JyM7bSp5sL
— Leyla Abdullayeva (@LAbdullayevaMFA) September 28, 2020
Kali ini, di tengah eskalasi konflik di kawasan Nagorno-Karabakh, muncul kabar bahwa Turki akan mengirim sejumlah pasukan asal Suriah untuk menjadi tentara penjaga perbatasan di Azerbaijan.
Berdasarkan reportase koran The Guardian, warga Suriah, yang dibayangi kemiskinan akibat perang sepuluh tahun terakhir, tertarik untuk bekerja bagi perusahaan keamanan Turki yang akan menggaji mereka untuk bekerja di Azerbaijan.
Berdasarkan penelusuran The Guardian, rekrutan Suriah ini nantinya akan diplot menjaga pos pengawasan dan kilang gas di Azerbaijan dengan kontrak selama 3-6 bulan. Mereka akan digaji Rp12 juta-17,2 juta per bulan.
Setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, Azerbaijan telah menjadi negara yang berdaulat. Namun, Turki memiliki hubungan budaya dan ekonomi yang kuat di negara yang didonminasi oleh kaum muslim Syiah itu.
Ketika komunitas internasional mendorong adanya de-eskalasi atau gencatan senjata di kawasan Nagorno-Karabakh, yang secara sah berada dalam teritori Azerbaijan dan tapi dikendalikan oleh etnis Armenia, Presiden Erdogan menyatakan bahwa ia mendukung tindakan agresif yang dilakukan oleh pemerintahan Azerbaijan.
"Warga Turki selalu mendukung saudara-saudara kami kaum Azeri," kata Erdogan melalui Twitter. Ia juga menganggap konflik yang berkecamuk di Nagorno-Karabakh sebagai akibat dari serangan Armenia.
Pemerintah Azerbaijan sendiri membantah keterlibatan prajurit Suriah dalam konflik di kawasannya. Di saat yang sama, media Armenia dan Rusia melaporkan bahwa setidaknya 4.000 orang Suriah telah terlihat di kawasan Nagorno-Karabakh.
Kementerian Pertahanan Turki juga dikabarkan menolak klaim pengiriman rekrutan Suriah ke Nagorno-Karabakh. "Kami hanya memberi saran militer dan pelatihan bagi pasukan bersenjata Azerbaijan. Kementerian Pertahanan Turki tak terlibat dalam pengiriman milisi apapun ke manapun di seluruh dunia."