Ribuan Pecandu Narkoba Tewas di Tangan Polisi, Presiden Filipina: Saya yang Bertanggungjawab

| 20 Oct 2020 21:39
Ribuan Pecandu Narkoba Tewas di Tangan Polisi, Presiden Filipina: Saya yang Bertanggungjawab
Ilustrasi: Presiden Rodrigo Duterte menerapkan pemberantasan narkoba secara brutal sejak ia diangka menjadi presiden Filipina pada 2016. (Foto: Arab News/Twitter)

ERA.id - Presiden Filipina Rodrigo Duterte, dalam sebuah siaran televisi, Senin (19/10/2020) malam, mengaku bertanggungjawab atas tewasnya ribuan terduga pecandu narkoba di tangan polisi Filipina. Dianggap sekadar retorika ala Duterte.

Seperti dilansir oleh Associated Press (AP), Duterte berkata demikian setelah menarik Filipina dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC). Ia, dan kampanye pemberantasan narkobanya yang membabi buta, memang sedang disidik oleh jaksa tribunal lantaran mengakibatkan tewasnya 6.000 warga di tangan polisi.

"Jika ada pembunuhan, saya akui... sayalah yang bertanggungjawab atas semua itu, yaitu seluruh insiden kematian akibat eksekusi perang terhadap narkoba," kata Duterte.

"Jika Anda terbunuh, itu karena saya benci narkoba," kata sang Presiden yang dikenal memiliki gaya retorika yang kasar dan congkak. "Jika saya memang perlu masuk penjara, saya akan melakukannya dengan senang hati."

Duterte telah mendorong perang terhadap narkotika sejak ia diangkat jadi presiden Filipina pada pertengahan 2016 lalu. Ketika 'perang atas narkoba' itu terjadi, akibatnya adalah mayat-mayat yang bergelimpangan di jalan-jalan Filipina, yang kerap kali menghiasi layar TV atau tampil di halaman pertama surat kabar. Puluhan ribu pengguna narkoba juga ditangkap dan dijebloskan ke penjara yang sudah penuh sesak.

Peringatan dari pakar HAM PBB dan sejumlah pemerintahan di Eropa ditanggapi Duterte dengan amarah. Ia bahkan pernah meminta Presiden Barack Obama agar "kembali ke neraka" karena dianggap mencampuri urusan Filipina.

Ketika Duterte disidik atas dua tuduhan kejahatan atas kemanusiaan, ia lalu mengeluarkan Filipina dari ICC, sesuatu yang disesalkan berbagai kalangan karena menandai mundurnya negara tersebut dalam mengurai persoalan impunitas para pejabat.

Jaksa ICC sendiri mengatakan bahwa penyidikan terhadap Duterte tetap dilanjutkan meski Filipina telah keluar dari tribunal tersebut.

Duterte sendiri membingkai aksi brutalnya terhadap para pengguna narkoba sebagai "tugas suci" untuk negaranya, karena narkoba "bisa membahayakan keamanan negara."

"Ketika Anda menyelamatkan negara Anda dari ulah orang-orang seperti para NPA dan pengguna narkoba, Anda sedang menunaikan tugas suci," kata dia seperti dikutip Associated Press. NPA sendiri merupakan kelompok milisi pemberontak New People's Army.

Sejauh ini polisi melaporkan setidaknya 5.856 terduga pengguna narkoba telah terbunuh dalam aksi penggerebekan polisi, sementara 256.000 lainnya ditangkap. Para pegiat HAM meyakini bahwa angka yang sebenarnya pasti lebih tinggi daripada yang telah dilaporkan oleh pihak kepolisian.

Rekomendasi